AirAsia mulai bulan ini bakal mengupgrade software yang bisa menghemat bahan bakar pesawat di armada Airbus A320neo-nya. Software ini, Descent Profile Optimization (DPO), sudah terbukti di seluruh dunia berhasil menghemat bahan bakar serta mengurangi emisi karbon dioksida (CO2).
Baca juga: AirAsia Klaim Jadi Operator Airbus Pertama yang Gunakan TaxiBot, Benarkah?
Software Descent Profile Optimization (DPO) Airbus yang ingin digunakan AirAsia sendiri fokus pada pada database kinerja sistem manajemen penerbangan (FMS).
Dari sekian banyak cara efisiensi dan menurunkan emisi karbon di setiap penerbangan, FMS adalah salah satunya. Kendati sudah tampak sempurna dan dipenuhi dengan teknologi canggih, nyatanya industri penerbangan masih jauh dari harapan, termasuk dalam hal operasi penerbangan.
Saat ini, ada lebih dari belasan ribu pesawat yang terbang secara bersamaan di seluruh dunia. Saat peak time atau jam-jam sibuk penerbangan, angka tersebut bahkan bisa meningkat menjadi puluhan ribu pesawat terbang di jam yang sama di seluruh dunia. Karenanya, ini di-manage atau diatur sedemikian rupa agar antar pesawat tidak saling bertabrakan serta aman dan selamat.
Pengaturan ini, di samping karena faktor eksterna seperti menghindari awan cumulonimbus, terkadang membuat pesawat harus naik turun ketinggian. Selain itu, pada dasarnya, pesawat memang akan naik turun jelang tiba di bandara tujuan. Sayangnya, proses pesawat menurunkan ketinggian ini seringkali membakar terlalu banyak bahan bakar sampai akhirnya teknologi DPO Airbus diaplikasikan.
Dilansir Simple Flying, sebagaimana namanya, cara teknologi DPO Airbus menghemat bahan bakar yaitu dengan mengoptimalisasikan fase descent atau fase penurunan penerbangan dan turun dari ketinggian jelajah hanya dengan idle engine thrust.
Dengan begitu, kinerja mesin jadi lebih ringan dan bahan bakar jadi lebih hemat serta mengurangi emisi CO2. Teknologi ini juga menghemat waktu pesawat menurunkan ketinggian.
“Inisiatif baru ini diatur untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan meningkatkan efisiensi bahan bakar hingga 0,75 persen dari pembakaran bahan bakar, yang setara dengan menghemat 101 kg emisi CO2 per penerbangan,” tulis AirAsia dalam keterangannya.
“Ini dapat mengurangi emisi CO2 lebih dari 221 ton per pesawat per penerbangan. tahun, mewakili kontribusi yang cukup besar untuk operasi penerbangan yang lebih berkelanjutan,” lanjutnya.
Sebagai maskapai yang menganut prinsip one-type alias satu tipe pesawat saja, dalam hal ini all Airbus aircraft, AirAsia bisa lebih mudah mengaplikasikan teknologi DPO tersebut ke armadanya.
Baca juga: Lima Teknologi NASA di Penerbangan Sipil, Nomor Empat Simpel Tapi Genting
Nantinya, teknolog DPO ini akan dipasang di seluruh armadanya dengan batch pertama sejumlah 17 armada A320neo. Dari situ diharapkan terjadi pengurangan emisi karbon 3.764 ton per tahun atau setara dengan 62.700 pohon baru yang ditanam di perkotaan.
Lebih lanjut, dalam upaya mencapai netralitas karbon atau bebas emisi karbon pada tahun 2050 mendatang, AirAsia juga mengaplikasikan teknologi lainnya, seperti SETWA (Single Engine Taxi Without APU) yang pastikan pesawat taxing dengan satu mesin, Idle Reverse Landing , serta Required Navigation Performance-Authorization Required (RNP-AR) approach.