Kereta api, salah satu sarana transportasi darat ini memang menjadi idola bagi masyarakat. Selain estimasi perjalanan yang hampir akurat, kereta api juga menyuguhkan pemandangan indah sepanjang perjalanan. Hamparan sawah, barisan gunung, bahkan pesisir pantai merupakan pemandangan yang ditawarkan apabila Anda menaiki si ular besi ini. Namun tahukah Anda, stasiun kereta api aktif tertinggi di Indonesia terletak di Nagreg, Jawa Barat. Nama Nagreg sendiri lebih terkenal dengan rute utama para pemudik yang hendak melintasi rute pantai selatan, bukan karena stasiun kereta api aktif tertinggi di Indonesianya.
Baca juga: Jalur Nagreg: Meski Banyak Isu Gaib, Tetap Favorit Saat Musim Mudik
Stasiun Nagreg (NG) yang masuk ke Daerah Operasi II (Daop II) Bandung ini bukanlah stasiun besar seperti Stasiun Bandung, Gambir, maupun Gubeng di Surabaya. Stasiun ini hanyalah stasiun kecil (kelas III) yang terletak sekitar 50 meter dari jalan raya Bandung-Tasikmalaya. Berdiri di atas ketinggian 848 mdpl (meter di atas permukaan laut), menjadikan stasiun ini sebagai stasiun tertinggi di Indonesia mengalahkan stasiun Lebak Jero, Jawa Barat dengan ketinggian 818 mdpl, stasiun Padang Panjang, Sumatera Barat dengan ketinggian 773 mdpl, stasiun Cipeundeuy, Jawa Barat dengan ketinggian 772 mdpl, dan Stasiun Andir, Jawa Barat dengan ketinggian 730 mdpl.
Sebenarnya, predikat stasiun kereta api tertinggi di Indonesia dipegang oleh stasiun Cikajang, Garut, Jawa Barat dengan ketinggian stasiun 1246 mpdl, namun stasiun ini sudah berstatus non-aktif sejak 1983 karena jalurnya banyak yang sudah karatan dan rusak. Sejak saat itu, gelar stasiun kereta api aktif tertinggi di Indonesia dipegang oleh stasiun Nagreg. Stasiun yang diapit oleh stasiun Cicalengka dan stasiun Lebak Jero merupakan perlintasan untuk kereta api Argo Wilis tujuan Bandung-Surabaya yang melintas langsung, dan kereta api Mutiara Selatan tujuan Malang-Bandung.
Berhubung stasiun Nagreg merupakan stasiun kecil, maka stasiun ini hanya melayani satu rute perjalanan, yaitu dengan menggunakan Kereta Api Lokal Cibatu atau Kereta Api Simandra tujuan Cibatu-Purwakarta PP. Stasiun yang mulai beroperasi sejak tahun 1890 ini memiliki tiga jalur termasuk satu jalur sepur lurus. Gradien medan di sebelah barat maupun sebelah timur dari stasiun ini terbilang cukup curam. Di sebelah barat mencapai 15 per mil, atau setiap 1 km jalur kereta api akan naik atau turun setinggi 15 meter. Sedangkan di sebelah timur gradiennya mencapai berkisar 5-15 per mil.
Sekilas, stasiun kereta api aktif tertinggi di Indonesia ini terlihat biasa saja, tidak ada perlakuan khusus dengan predikat yang tersemat. Stasiun ini terletak hampir bersebelahan dengan bekas pabrik pupuk yang sudah tidak beroperasi lagi, tepatnya di sebelah barat dari stasiun Nagreg. Mungkin dengan tidak beroperasinya lagi pabrik pupuk tersebut membuat udara di sekitaran stasiun menjadi lebih sejuk, bayangkan jika pabrik tersebut masih beroperasi, mungkin para calon penumpang yang sedang menunggu di stasiun tersebut akan merasa tidak nyaman karena polusi yang ditimbulkan dari pabrik pupuk itu.
Ada satu lagi fakta unik dari stasiun ini. Tidak terlalu jauh dari stasiun Nagreg, terdapat salah satu peninggalan sejarah, yaitu Situs Batu Kendan. Situs ini berdiri di atas lahan perbukitan berbatu cadas, yang dulunya diyakini merupakan asal muasal dari kerajaan Kendan. Nama Kendan sendiri diambil dari kata “Kenan” yang artinya batu kasar atau cadas yang memiliki rongga dan mengandung unsur seperti kaca berwarna hitam di bagian dalamnya. Jadi, bila anda sedang melewati stasiun Nagreg, berarti anda sedang berada di stasiun aktif tertinggi di Indonesia.