Bertepatan dengan momen Hari Pahlawan, pada 10 November 2017 bertempat di Base Ops, Lanud Halim Perdanakusuma, prototipe pesawat pertama N-219 karya anak bangsa hasil kerjasama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan LAPAN diberikan nama oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Pemberian nama “Nurtanio” diambil dari nama Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo yang telah merintis pembuatan pesawat terbang di Tanah Air sejak tahun 1946.
Baca juga: Akhirnya! Prototipe N-219 Sukses Terbang Perdana Hari Ini
Nurtanio Pringgoadisuryo dikenal sebagai salah seorang perintis berdirinya industri pesawat terbang yang bekerja di Biro Perencana Konstruksi Pesawat di lingkungan Tentara Republik Indonesia berkedudukan di Madiun yang merupakan cikal bakal lahirnya industri dirgantara di Indonesia.
Harapannya setelah diberikan nama “Nurtanio” oleh Presiden Jokowi, seluruh proses sertifikasi prototipe pesawat N-219 dapat berjalan dengan lancar sehingga pesawat N-219 dapat menjadi solusi distribusi logistik nasional untuk mendukung program jembatan udara logistik nasional sebagaimana dituangkan dalam Perpres No. 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Dari Dan Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan.
Program tol laut selama ini dinilai masih belum mampu menjangkau distribusi barang hingga ke daerah pegunungan Papua. Disparitas harga masih terjadi di kawasan yang hanya bisa diakses dengan transportasi udara mengingat masih banyaknya Kota dan Kabupaten di Papua dan Papua Barat yang hanya bisa dijangkau dengan transportasi udara karena keterbatasan akses jalur darat dengan kondisi bandara yang terletak pada elevasi yang cukup tinggi dengan panjang landasan ± 600 m. N-219 digadang secara khusus dirancang untuk daerah pegunungan Papua diharapkan dapat mendukung program Jembatan Udara karena dapat menjangkau daerah dengan kondisi georafis berbukit-bukit dengan landasan pendek dan tidak dipersiapkan.
Baca juga: Lima Maskapai Ini Kondang Untuk Rute Perintis
Pesawat N-219 dapat menjadi solusi untuk membuka aksesibilitas dan konektivitas wilayah terdepan, tertinggal dan terluar di pegunungan Papua dan Papua Barat, sehingga program satu harga Pemerintah dapat terwujud. Dalam pengembangannya, pihak LAPAN bahkan telah merancang desain N-219 versi amfibi yang dapat melakukan pendaratan di air.
PT DI telah sukses melakukan uji terbang perdana pesawat N-219 pada tanggal 16 Agustus 2017, pesawat N219 merupakan pesawat penumpang dengan kapasitas 19 orang dengan dua mesin turboprop yang mengacu kepada regulasi CASR Part 23. Proses rancang bangun, pengujian, sertifikasi hingga nantinya akan dilakukan proses produksi adalah hasil karya anak bangsa. Pesawat N219 memiliki kemampuan lepas landas di landasan pendek yang tidak dipersiapkan sehingga akan menjadi konektivitas antar pulau terutama di wilayah perintis.