Tak terasa tinggal hitungan hari Moda Raya Terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta akan mengular di jalanan ibukota dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) hingga ke Lebak Bulus. Jalur sepanjang 16 km ini akan ditempuh dalam waktu 30 menit dan kini masih dalam uji coba publik hingga 24 Maret, dan setelah itu pada 1 April 2019, MRT Jakarta akan resmi beroperasi secara komersial dengan tiket berbayar.
Baca juga: Jelang Beroperasi Penuh, Sebenarnya Berapa Tarif Tiket MRT Jakarta?
Namun bagaimana dengan tarif tiketnya sendiri? Sejak awal PT MRT Jakarta mengusulkan Rp8500 hingga Rp10 ribu untuk per sepuluh kilometernya. Kisaran tarif ini sendiri bisa dikatakan lebih murah dibandingkan MRT Singapura yang bisa menghabiskan dua hingga tiga dolar Singapura untuk sekali perjalanan.
Sayangnya kisaran harga tarif tiket MRT sendiri belum mendapat kepastian dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswenan. Tetapi Pemprov DKI ternyata mengusulkan Rp1000 per km-nya. Ini bahkan lebih berat dari dari kisaran harga terjauh yang diberikan MRT Jakarta. Dengan asumsi Rp1000 per km, maka untuk jarak terjauh tarif yang dikenakan bisa mencapai Rp13 – Rp15 ribu.
Nah, bagaimana tanggapan masyarakat dengan tarif Rp1000 per km? Beberapa masyarakat yang ditemui KabarPenumpang.com mengatakan tarif perkilometer segitu cukup mahal dibandingkan dengan usulan dari PT MRT Jakarta.
“Ini cukup mahal atuh kalau Rp1000 per km-nya,” ujar Putri seorang karyawan swasta di bilangan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.
Ternyata bukan hanya Putri, Eko Santoso (50 tahun) yang biasa menggunakan transportasi umum juga mengatakan hal yang serupa. Menurutnya ini terlalu mahal apalagi sebagai moda transportasi massal yang dihadirkan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Pendapat agak beda dilontarkan Rendy (26 tahun), sebagai mahasiswa S2 ia mengatakan tarif yang diusulkan tidak terlalu mahal, tentu ada maksudnya, seperti agar masyarakat tidak sembarangan naik. Ia mencontohkan, hitungan tarif MRT Jakarta yang diusulkan Pemprov DKI sebenarnya masih lebih murah daripada tiket MRT Singapura.
Alvin Lie seorang anggota Ombudsman RI bahkan mengaku tarif tersebut terlalu mahal untuk angkutan massal dan lebih mahal ketimbang moda lainnya. “Bagi saya, angka Rp15 ribu berat dan tidak memiliki kompetitif dengan yang lain seperti TransJakarta atau Commuter Line,” ucap anggota Ombudsman RI, Alvin Lie yang dikutip dari detik.com (20/3/2019).
Menurutnya, kehadiran MRT Jakarta sendiri untuk mengurangi kepadatan di jalan raya sehingga harus mampu menarik warga salah satunya adalah tarif yang tidak boleh berbeda terlalu jauh dengan moda lainnya.
Alvin mengatakan pembangunan MRT untuk mengurangi kepadatan di jalan raya sehingga, menurutnya, MRT seharusnya menjadi moda yang mampu menarik warga salah satunya dengan tarifnya yang tak boleh timpang jauh dengan angkutan umum lainnya.
“Peran MRT itu pertama agar masyarakat pindah dari mobil pribadi ke transportasi massal. Lalu tarifnya juga harusnya tak boleh beda jauh dengan transportasi lain seperti TransJakarta, bus kota, dan sebagainya. Jadi itu harus kompetitif, kalau tarifnya jauh lebih tinggi, pengguna jasa tidak akan pindah,” ungkapnya.
Baca juga: Tunjang Integrasi MRT Jakarta, TransJakarta Buka 3 Rute Baru dari Dukuh Atas
Dia menambahkan, sebaiknya MRT Jakarta jangan mengurangi ‘kesalahan’ seperti pada penerapan tatif Kereta Bandara Soekarno-Hatta. Menurutnya, kereta bandara saat ini sepi karena tarifnya cukup tinggi. “Prinsipnya untuk public service, moda transportasi massa jangan pakai pendekatan bisnis. Pembangunan MRT untuk mengurangi moda transportasi pribadi ke umum,” kata dia.