Dari beragam hal yang khas dari Singapura, keberadaan transportasi massal menjadi yang mengemuka, betapa tidak seperti jaringan kereta komuter (SMRT) dan bus-bus yang terintegrasi, dianggap sebagai yang terbaik di Asia. Namun apakah angkutan umum tersebut memiliki tarif yang terjangkau?
Baca juga: Penggemar Tak Sadar! Eunhyuk Super Junior, Naik MRT dan Bus di Singapura
Di Singapura penumpang menuntut tarif yang murah dan terjangkau, sedangkan operator ingin menaikkan tarif untuk menutup biaya dan menghasilkan keuntungan. Dilansir KabarPenumpang.com dari mothership.sg (21/7/2019), Juli 2019, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Menteri Transportasi Khaw Boon Wan mengatakan di Parlemen bahwa tingkat pendapatan saat ini dari tarif angkutan umum tidak dapat mengimbangi biaya operasi yang lebih tinggi dan mempertahankan jaringan kereta api Singapura. Sebab dikatakan Kementerian Transportasi divisi kereta api, SMRT dan SBS telah merugi.
“Pada tahun keuangan yang berakhir pada 31 Maret 2018, SMRT Train melaporkan kerugian $86 juta, sedangkan SMRT Corp kerugian sekitar $70 juta. Downtown Line SBS Transit juga mengalami kerugian serupa sebesar $125 juta selama tiga tahun terakhir, sementara divisi kereta secara keseluruhan juga kehilangan puluhan juta dolar,” ujar Kementerian Transportasi.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Dewan Transportasi Umum (PTC) tahun 2018 ditemukan bahwa bila dibandingkan dengan sebelas kota besar, Singapura berada dalam peringkat kedua terkait keterjangkauan tarif angkutan umum. Sedangkan peringkat satunya adalah San Francisco.
Studi ini juga menemukan bahwa Singapura mengumpulkan jumlah pendapatan tiket paling rendah per kilometer per penumpang di antara tujuh kota yang disurvei. Menggunakan data dari 2016, penelitian ini menemukan bahwa warga Singapura membayar 11 sen per kilometer. Di Hong Kong, ini adalah 14 sen per kilometer sementara London membayar 19 sen.
“Ini berarti bahwa untuk perjalanan rata-rata 10 kilometer, warga London membayar setidaknya S$0,80 lebih banyak dari para komuter Singapura dan para komuter Hong Kong membayar setidaknya S$0,30 lebih banyak. Bahkan, membebankan biaya tiket Singapura akan menghasilkan Hong Kong dan London yang masing-masing merugi $713 juta dan $2,16 miliar,” dari hasil penelitian.
Penelitian berakhir dengan seruan kepada PTC untuk “mencapai keseimbangan yang lebih baik antara keterjangkauan tarif dan pemulihan biaya”. Transportasi umum Singapura, terutama jaringan kereta api kami, telah meningkat selama bertahun-tahun. Warga Singapura juga umumnya puas dengan efisiensi, ketersediaan, dan kenyamanan transportasi umum.
Angkutan umum di Singapura juga terjangkau secara obyektif jika dibandingkan dengan negara lain. Namun, ketika disurvei, Singapura mengatakan mereka tidak puas dengan keterjangkauan. Jadi apa yang menyebabkannya? Bahkan jawabannya sangat sulit untuk menentukan alasan pasti.
Seseorang dapat mendalilkan bahwa beberapa orang tidak ingin membayar banyak untuk barang publik seperti angkutan umum. Ditambah dengan fakta bahwa CEO operator angkutan umum menerima gaji jutaan dolar untuk memasok barang publik ini, mudah untuk melihat mengapa beberapa orang mungkin merasa kesal.
Ketika media menyoroti gangguan kereta sesekali, orang mungkin mempertanyakan perlunya membayar lebih untuk layanan yang tidak sesuai dengan harapan. Di sini, harus dikatakan bahwa menasionalisasi angkutan umum mungkin (ironisnya) mengarah pada tarif yang lebih tinggi dan tingkat layanan yang lebih rendah menurut pemerintah. Alasan lain bisa jadi persepsi yang datang dengan kesan tentang meningkatnya biaya hidup di Singapura.
Baca juga: Dalam Bahasa Ceko, ‘SMRT’ Ternyata Punya Arti ‘Kematian’
Serangan “peningkatan” ini memberi kesan semakin lama semakin mahal untuk tinggal di Singapura. Tidak ada jawaban mudah untuk ini,tetapi yang pasti adalah bahwa apa yang dibayar sekarang untuk naik bus dan kereta api terlalu rendah. Sehingga masyarakat harus menerima kenyataan membayar jumlah yang tepat untuk layanan yang di dapatkan jika ingin sistem transportasi umum kelas dunia.