Pada 29 Maret lalu, pesawat dari maskapai terbesar di Federasi Rusia, Aeroflot, dilaporkan mengalami kegagalan mesin saat pesawat tengah di udara. Pesawat dengan nomor penerbangan SU1741 tersebut pun akhirnya terpaksa mendarat darurat di Bandara Internasional Sheremetyevo, Moskow. Beruntung, insiden tersebut tak sampai memakan korban jiwa ataupun luka.
Baca juga: Akibat Corona, Boeing dan Airbus Bahas Merger untuk Selamatkan Bisnis
Dilansir Aviation Herald, Boeing 737-800 dengan nomer registrasi VP-BRF yang membawa 154 penumpang dan tujuh awak, sejatinya tengah menuju ke ibukota Rusia, Moskow, via Laut Hitam setelah berangkat dari Bandara International Sochi, sebelah Barat Daya Rusia. Sekitar 1.45 menit setelah lepas landas, sensor mesin CFM56-7B kiri mengindikasikan adanya kerusakan dan mesin pesawat akhirnya mati.
Mengetahui pesawatnya bermasalah, kru kokpit pun memutuskan untuk perlahan menurunkan ketinggian, dari semula 34.000 menjadi 24.000 kaki. Kemudian turun lagi menjadi 20.000 dan 18.000, sebelum akhirnya mendarat darurat di Bandara Sheremetyevo, satu jam setelah deteksi kerusakan awal pada mesin atau 30 menit sebelum pesawat tiba di lokasi tujuan.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi Rusia menyatakan bahwa pesawat berhasil mendarat dengan selamat tanpa adanya insiden apapun pada pukul 23:47 waktu setempat. Padahal bila berbicara tahun produksinya, pesawat tersebut bisa dikatakan tergolong muda. Menurut sebuah laporan, pesawat Boeing 737-800 dengan nomor registrasi VP-BRF masih berusia sekitar tujuh tahun pemakaian dan memiliki kapasitas kursi maksimal untuk 158 penumpang.
Kejadian mati mesin pada pesawat Boeing 737-800 bukanlah hal pertama. Sebelumnya, pada Agustus tahun lalu, pesawat serupa milik maskapai Smartwings juga mengalami mati mesin di tengah penerbangan. Meskipun demikian, insiden yang terjadi ketika pesawat berada di atas Laut Aegea tersebut, pesawat B737 masih mampu melanjutkan perjalanannya ke Praha atau menempuh dua jam perjalanan dengan hanya satu mesin saja.
Kala itu, saat pesawat tengah berada di atas Laut Aegea dan 100 mil laut timur laut Athena, Yunani, mesin sayap kiri mendadak mati. Kru menanggapi kejadian ini dengan mengurangi ketinggiannya dari ketinggian jelajah 36.000 kaki ke 24.000 kaki. Penerbangan dilanjutkan di ketinggian tersebut hingga mendarat tanpa insiden lebih lanjut – dua jam dan 20 menit kemudian.
Baca juga: Jelang Setahun Grounded, Boeing Habiskan Total Rp268 Triliun Gegara 737 MAX
Berbeda dengan pesawat Aeroflot yang notabene masih berusia tujuh tahun saat mendadak mati mesin ketika di udara, Boeing 737-800 milik Smartwings dengan nomor registrasi OK-TVO saat itu sudah berusia 17,5 tahun. Menariknya, pesawat tersebut juga sudah berkali-kali pindah tangan. Sejak pertama kali dikirim ke maskapai GOL pada tahun 2002, pesawat itu juga telah dipakai oleh maskapai biaya murah Kanada, Sunwing Airlines, dan maskapai berbiaya murah India, SpiceJet.
Sebagai informasi, sebuah pesawat bermesin ganda memang didesain mampu terbang dengan baik, menggunakan satu mesin. Hanya saja, berbagai situasi dan kondisi tetap berlaku, seperti misalnya muatan, bahan bakar pesawat, serta cuaca yang dihadapi pesawat saat mendadak mati mesin. Bila segalanya mendukung, tentu, pesawat masih mampu bertahan lebih lama di udara, bahkan tak jarang pilot memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan sampai ke bandara tujuan, layaknya Boeing 737-800 milik Smartwings.