Rusia disebut-sebut tengah menghidupkan lagi kereta lapis baja pembawa rudal Intercontinental Ballistic Missiles (ICBM) asli karya Uni Soviet. Namun, dalam agresi militer Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu, Rusia belum menunjukkan tanda-tanda keberadaan rudal balistik berbasis di kereta tersebut.
Baca juga: Inilah KA Bandara Pertama di Dunia, Warisan Nazi Jerman
Selain dijadikan transportasi logistik perang maupun mengangkut tentara, kereta memang lekat dijadikan pembawa rudal; termasuk pembawa meriam. Bahkan, meriam Schwerer Gustav, yang notabene sebagai meriam terbesar di dunia, menjadikan kereta sebagai platformnya.
Dilansir dari berbagai sumber, meriam mahakarya Nazi, Jerman, tersebut memiliki berat sekitar 1.350 ton. Meriam itu bisa menembakkan peluru berukuran 800 mm seberat 7 ton.
Laporan The National Interest, menjelang Perang Dunia II, salah satu kendala yang tampak besar di mata Komando Tinggi Jerman adalah Garis Maginot Perancis. Garis itu adalah salah satu benteng pertahanan terkuat yang pernah dibangun dan terpanjang, yang membentang dari perbatasan Prancis-Swiss-Jerman di sebelah selatan menuju Selat Inggris di sisi Perancis ke sebelah utara.
Dikembangkan sejak akhir 1920-an dan membutuhkan waktu hampir sepuluh tahun untuk selesai, Garis Maginot bertujuan untuk mencegah Jerman menyerang Perancis dan dianggap tidak dapat ditembus dari darat maupun dari udara.
Sadar cara biasa tak bisa ditembus, angkatan pertahanan Wehrmacht Nazi Jerman lantas mendekati produsen senjata Krupp dan lahirlah ide untuk membuat meriam Schwerer Gustav.
Spesifikasi meriam tersebut juga tak lepas dari benteng kuat musuh Jerman. Karenanya, meriam rel itu harus mampu menembus sepuluh meter beton bertulang atau satu meter baja padat.
Guna mencapai penetrasi sebesar itu, dibutuhkan peluru yang sangat besar: berdiameter 78,7 sentimeter, peluru yang memiliki daya ledak tinggi dengan berat lebih dari 10.000 pound, dan peluru yang menembus lapis baja berbobot lebih dari 15.000 pound. Itulah dimensi luar biasa dari Meriam rel Schwerer Gustav, bahasa Jerman untuk Si Besar Gustav.
Schwerer Gustav hanya dapat diangkut dengan rel dan harus dibawa ke medan perang di atas dua rel yang dipasang secara paralel. Meskipun ketinggian meriam bisa disesuaikan, Schwerer Gustav tetap pada posisi menghadap depan daripada di atas turret dan tidak bisa membidik ke arah samping.
Agar dapat memindahkan senjata masif itu dengan benar, rel yang digunakan memiliki lengkungan di bagian spur pada rel, sehingga meriam dapat menyesuaikan posisi mengarah ke sebelah kiri atau kanan.
Baca juga: Dikabarkan Hancur di Tengah Perang Rusia-Ukraina, Antonov An-225 Mriya Aman! Tapi Dikuasai Rusia
Selain 250 tentara yang diperlukan untuk mengoperasikan senjata itu, kru yang bekerja dengan meriam rel Schwerer Gustav harus menyurvei dan memsang lebih dari 2.000 rel sebelum senjata dikerahkan ke medan perang. Tapi ukuran itu terlalu besar sehingga dapat menjadi sasaran empuk pesawat pembom musuh.
Terbukti, meski sempat memuntahkan 40 peluru dalam pengepungan Sevastopol dan Stalingrad, meriam Schwerer Gustav dapat direbut dan dihancurkan oleh pihak Sekutu.