Monday, March 31, 2025
HomeAnalisa AngkutanMengenang 30 Tahun Sang Legenda KRL Rheostatic yang Merakyat

Mengenang 30 Tahun Sang Legenda KRL Rheostatic yang Merakyat

Kereta Rel Listrik (KRL) saat ini sudah terbilang sangat nyaman dengan perjalanan antar wilayah di Jabodetabek. Para penumpang yang kesehariannya dengan KRL menjadikan transportasi ini seakan menjadi makanan sehari – hari yang murah meriah. Sejak peraturan sebagai pengguna KRL pada tahun 2014 lalu, KRL semakin berubah. Mulai dari diremajakannya rangkaian yang tak layak digunakan karena usia KRL yang sudah tua, sampai pengaturan rute transit bagi penumpang yang bisa berpindah KRL lainnya cukup hanya membayar karcis sekali perjalanan saja.

Baca juga: Mengintip Jenis Commuter Line di Luar Jakarta

Namun coba kita flashback kembali ke jaman dimana salah satu KRL ini yang dijadikan legenda karena murah meriah dan juga “merakyat” sampai menampung penumpang yang kelebihan muatan. Ya, KRL Rheostatic inilah yang menjadi “tulang punggung” masyarakat Jabodetabek yang setia mengantar penumpangnya ke setiap wilayah. KRL Rheostatic Non AC ini merupakan komuter buatan Jepang yang pertama di Indonesia. Pertama kali KRL ini didatangkan pada tahun 1976. KRL ini berasal dari pabrikan Nippon Sharyo yang bekerja sama dengan Kawasaki Heavy Industries dan Hitachi Industries, Jepang. KRL jenis ini merupakan populasi terbanyak yang dimiliki PT KAI Commuter Jabodetabek (saat itu).

KRL Rheostatic sudah berada di Indonesia lebih dari 30 tahun yang setia mengantar penumpang. Kehandalan KRL ini pun telah terbukti saat beroperasi di semua lintas Jabodetabek. Kedatangan ke Indonesianya pun bertahap dan terdiri dari dua tipe body eksterior. KRL dengam bahan Mild Steel didatangkan tahun 1976, 1978, 1983, dan 1984. Sedangkan KRL dengan bahan body Stainless Steel datang tahun 1986 – 1987. Jika ditotal, KRL ini banyak sekali jumlahnya hingga 120 unit.

Pada tahun 1980-an sempat beberapa unit KRL Rhostatic berbody Stainless Steel dijadikan KRL Ekspres Kelas Eksekutif (KL1) berpendingin udara saat digunakan Presiden Soeharto untuk meresmikan penggunaan jalur layang lintas Manggarai – Jakarta Kota di Stasiun Gambir. Pasca peresmian, KRL tersebut sempat dijadikan perjalanan reguler sebagai KRL Ekspres di lintas Jakarta – Bogor pp.

Sempat pada tahun 2009, KRL Rheostatic mengalami perubahan (retrofit) mulai dari bentuk bagian muka hingga bagian samping body kereta. KRL Rheostatic dengan body Mild Steel ini di-retrofit sebanyak 6 unit dalam 1 rangkaian dengan nomor KL3 78114, KL3 78101, KL3 83107, KL3 78113, KL3 83115, dan KL3 83120. Warna cat eksterior tak lagi orange, tapi putih dengan garis merah serta mengubah bentuk muka menjadi aerodinamis. Perbaikan juga meliputi pintu otomatis keluar – masuk penumpang yang dikontrol dari kabin masinis.

Baca juga: KA Prameks (Prambanan Ekspres) Berhenti Operasi, Ini Dia Sejarahnya

Saat ini KRL Rheostatic yang dikenal sebagai kelas merakyat (ekonomi) ini sudah tak digunakan dan teronggok di tempat pembuangan bangkai kereta di Stasiun Purwakarta. KRL ini memang menjadi kenangan warga Jabodetabek yang menjadi pengguna setia saat beraktifitas. Walaupun KRL ini menjadi “korban” ketidaktertiban penumpang setiap harinya, namun KRL tersebut telah menjalankan tugasnya hingga 30 tahun lebih berada di rel Jabodetabek. Apakah kalian memiliki pengalaman menarik dengan KRL ini? (PRAS – Cinta Kereta Api)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru