Meski tak menuntut lebih jauh layaknya Belanda dan Australia, Indonesia turut berduka atas jatuhnya pesawat Boeing 777-200ER Malaysia Airlines MH17 rute Amsterdam-Kuala Lumpur, yang dirudal di wilayah timur Ukraina, atau empat kilometer dari perbatasan Rusia, Kamis, 17 Juli 2014 silam. Sebanyak 12 warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban dalam insiden itu.
Baca juga: Makin Panas, Belanda-Australia Tuntut Rusia ke ICAO Gegara Tembak Jatuh Pesawat Sipil MH17!
Dalam manifes penumpang yang dilansir Wall Street Journal, pesawat tersebut membawa 298 orang, terdiri dari 283 penumpang dan 15 kru, dimana 12 orang di antaranya adalah WNI.
12 orang tersebut adalah:
- Mr. Hadiono Gunawan (kursi nomor 1D)
- Mrs. Yodricunda Theistiasih (11E)
- Mrs. Ketut Wiartini (14H)
- Mrs. Yuli Hastini (16G)
- Mrs. Supartini (31K)
- Mr. Hendry (32E)
- Ms. Gerda Leliana Lahenda (14C)
- Mtr. Werther Smallenburg (12E)
- Mrs. Jane M Adi Soetjipto (14A)
- Mrs. Vickiline Kurniati Kardi (19F)
- Mr. Wayan Sujana (12D)
- Clarice Yelena Huizen, yang merupakan anak dari Yodricunda.
Masing-masing korban mempunyai cerita tersendiri sebelum menjadi korban jatuhnya pesawat tersebut.
Dilansir dari berbagai sumber, Hadiono Gunawan supervisor Malaysia Airlines yang turut dalam penerbangan. Ia adalah suami dari Irene, warga negara Filipina, yang pulang berlibur dari Belanda.
Serupa dengan Hadiono, Yodricunda Theistiasih juga demikian. Ia dan anaknya Clarice Yelena Huizen sejatinya ingin kembali ke Indonesia usai berlibur di Belanda sekaligus menjemput suaminya yang merupakan warga negara Belanda, Arnoud Huizen, yang ikut menjadi korban.
Korban lain bernama Ketut Wiartini pun demikian. Setelah menikah dengan warga negara Belanda, Jhon Arga Jigel, ia menetap di Belanda. Bahkan, usia cerai pada tahun 2007 pun, ia tetap tinggal di sana bersama anaknya. Setiap tahun, ia selalu menjenguk keluarganya di Indonesia. Beruntung, anaknya tidak turut dalam penerbangan tersebut.
Baca juga: Kasus Kecelakaan Grumman yang Libatkan WNI di Perth, Terbukti Akibat Kesalahan Pilot
Lain cerita dengan korban Yuli Hastini. Ia bersama suami dan anaknya yang merupakan warga negara Belanda, John Paulisen, Arjuna Paulisen, dan Sri Paulisen, turut menjadi korban. Keempatnya berniat ziarah ke makam ibu dari Yuli di Solo.
Kisah memilukan menimpa keluarga Supartini. Supartini yang merupakan TKI sukses di Den Haag, Belanda, sebetulnya hampir terbang bersama dua saudaranya yang juga TKI di Belanda. Namun, mereka bertiga terbang dengan pesawat berbeda-beda.