Sabtu, 15 Juli 1933 menjadi momen spesial bagi Wiley Hardeman Post. Betapa tidak, di tanggal itu, pria kelahiran Corinth, Texas, Amerika Serikat (AS) tersebut memulai penerbangan solo keliling dunia. Setelah hampir delapan hari, ia pun berhasil mendarat kembali di New York dan mengukuhkan dirinya sebagai pilot pertama yang terbang solo keliling dunia, didukung teknologi autopilot generasi awal temuan Lawrence Sperry.
Baca juga: Hari Ini, Bocah SD Berusia 9 Tahun Jadi Pilot Termuda dalam Sejarah yang Terbang Solo
Dua tahun sebelum itu, tepatnya pada bulan Juli 1931, Wiley Post, bersama navigator dari Australia, Harold Gatty, sebetulnya sudah berhasil mengukir rekor penerbangan tercepat keliling dunia yang sebelumnya dipegang kapal udara hidrogen Zeppelin Jerman.
Hanya saja, rekor tersebut sedikit ternoda karena sang navigator lebih diuntungkan dan terus disorot media serta publik internasional. Sedangkan dirinya tidak mendapatkan keuntungan finansial dan popularitas kecuali sedikit saja.
Padahal, rekor penerbangan keliling dunia tercepat selama 8 hari, 15 jam dan 51 menit, mengalahkan rekor sebelumnya selama 20 hari dan empat jam milik Zeppelin, dijalankan bersama-sama secara tim tanpa persaingan untuk saling menonjol satu sama lain.
Disarikan dari todayinaviation.com, tak puas dengan keadaan tersebut, ia pun memutuskan untuk terbang solo keliling dunia. Pada 15 Juli 1933, Lockheed Vega berjuluk “Winnie Mae” lepas landas dari Floyd Bennett Field, New York, AS, setelah mendapat izin dari US Army Air Service untuk melengkapi Winnie Mae dengan sistem avionik terbaru; sistem navigasi dengan radio direction finder (RDF) dan autopilot versi awal.
Sistem ini, terutama autopilot, menjadi kunci keberhasilan Wiley Post mengukir rekor menjadi pilot solo pertama yang berhasil terbang keliling dunia. Sebab, autopilot ini menjadi andalan pria yang hanya memiliki satu mata ini karena mata sebelah kirinya buta ketika ia beristriahat sejenak melepas lelah agar pesawat tetap di jalur dan terbang sesuai rencana.
Terbukti, ketika sistem autopilotnya rusak pasca terbang non stop selama 26 jam dan mendarat di Berlin, Jerman, untuk kemudian berlanjut ke Uni Soviet, Wiley Post harus melakukan pendaratan darurat.
Selain karena sistem autopilot, Wiley Post juga pernah terpaksa mendarat darurat karena sistem RDF rusak dan menyebabkannya tersesat di atas hutan belantara Alaska. Beruntung, Tuhan masih menyertainya hingga berhasil melakukan pendaratan darurat di Edmonton, Kanada, sekalipun merusak pesawatnya.
Usai pesawat diperbaiki, Post melanjutkan perjalanan sejauh 2.000 mil pada 22 Juli dan mendarat di New York tak lama sebelum tengah malam. Ia mencatatkan rekor terbang solo keliling dunia selama 7 hari, 18 jam, dan 49 menit, dengan 11 kali transit.
Adapun rute yang ditempuh yakni New York-Harbor Grace (Kanada)-Berlin-Moskow (Uni Soviet/Rusia)-Novosibirsk (Uni Soviet/Rusia)-Irkutsk (Uni Soviet/Rusia)- Khabarovsk (Uni Soviet/Rusia)- Nome (Alaska, AS)- Fairbanks (Alaska, AS)- Edmonton (Kanada)-New York.
Baca juga: Hari Ini, Raymonde de Laroche Jadi Pilot Wanita Berlisensi Pertama di Dunia, Terinspirasi Wright Bersaudara
Selain menjadi pelopor penerbangan solo keliling dunia, Wile Post juga diketahui berkontribusi dalam pengembangan pakaian udara bertekanan atau pressure suit pada 1934.
Pakaian ini dikenakan pilot yang terbang pada ketinggian di atas 12 kilometer yang tekanan udaranya sangat rendah. Saat menguji coba pakaian tersebut, Post mampu terbang mendaki di ketinggian 14 kilometer. Wiley Post sang penyuka sains dan matematika itu juga diketahui turut berkontribusi dalam pengembangan pesawat supersonik dan wahana ruang angkasa.