Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, telah mengumumkan penutupan seluruh negara dalam upaya mereka memerangi wabah virus corona. Keputusan tersebut adalah pertama kalinya sepanjang Covid-19 merebak belakangan. Tak tanggung-tanggung, bila Cina hanya mengisolasi beberapa wilayah saja, Italia justru mengisolasi satu negara, yang menjadikannya sebagai satu-satunya negara di dunia yang melakukan langkah tersebut.
Baca juga: Dari Italia Sampai Ke Inggris, Berikut 10 Bandara Tersibuk di Benua Biru!
Keputusan tersebut tentu tak terlalu mengherankan, mengingat, Italia kini merangsek masuk ke jajaran dua besar negara dengan kasus virus corona tertinggi, mencapai 9.172 kasus. Begitupun juga dengan jumlah kematiannya, dari semula 93 orang meningkat drastis menjadi 463 orang. Jumlah itu menjadikan Italia negara di luar China dengan kasus kematian terbanyak, yang sebelumnya disandang oleh Iran dan Korea Selatan.
Imbas dari diblokade atau di-lockdown-nya Italia, tentu saja sangat berpengaruh terhadap Bandara Leonardo da Vinci–Fiumicino, bandara terbesar dan tersibuk di Italia, bahkan menjadi bandara tersibuk kedelapan di Eropa, dengan 43 juta penumpang di tahun 2018 lalu.
Dilansir KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, sekalipun bandara tersebut hanya berada di posisi kedelapan dalam hal traffic penumpang, namun, berkenaan dengan historical atau keterikatan sejarah di dunia penerbangan, Bandara Leonardo da Vinci–Fiumicino justru jadi salah satu bandara yang paling mencolok, lewat nama besar yang disematkan pada bandara yang resmi berdiri pada tahun 15 Januari 1961, yakni Leonardo da Vinci.
Dunia dirgantara memang sangat mengenal Wilbur Wright dan Orville Wright atau lebih dikenal dengan Wright bersaudara karena berhasil terbang dengan mesin secara terkendali untuk pertama kalinya sejauh 36,5 meter setinggi 3 meter selama 12 detik di kaki bukit pasir Big Kill Devil, dekat Kitty Hawk, North Carolina. Dari situlah cikal bakal penerbangan modern berasal.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa bandara yang berlokasi di kota Roma ini juga mempunyai andil besar di dunia penerbangan lewat rancangan Sekrup Terbang (Aerial Screw) pada tahun 1480. Prinsip kerja rancangan tersebut mirip sekali dengan cara kerja rotor utama helikopter. Oleh karenanya, tak heran bila beberapa ahli kemudian menyebutnya sebagai “nenek moyang” helikopter.
Terlepas dari nama besar Leonardo da Vinci, bandara yang dikelola oleh Aeroporti di Roma (ADR) tersebut, sejak awal kelahirannya memang sudah lekat dengan hal besar, yakni untuk menggantikan salah satu bandara tertua di dunia yang masih aktif, Rome Ciampino Airport (12 km dari pusat kota Roma), yang sudah dibuka sejak tahun 1916.
Baca juga: Inilah 5 Bandara Tertua di Dunia Yang Masih Beroperasi
Selain itu, sebelum resmi dibuka pada 1961, Bandara yang menjadi hub bagi maskapai penerbangan terbesar di Italia, Alitalia, serta maskapai berbiaya rendah asal Spanyol, Vueling tersebut, sebetulnya sudah mulai beroperasi pada tahun 20 Agustus 1960, untuk membantu meringankan lalu lintas udara yang padat di Bandara Roma Ciampino selama Olimpiade Musim Panas 1960 yang menjadi salah satu momentum besar Italia di dunia penerbangan dan olahraga.
Kini, setelah hampir 60 tahun beroperasi, bandara yang memiliki tiga terminal dan empat landasan pacu (runway) tersebut dirproyeksikan bakal melayani hingga 100 juta penumpang per tahun, dengan penambahan empat terminal dan dua landasan pacu baru, dalam sebuah konsep bernama Masterplan Fiumicino Nord. Belum jelas masterplan tersebut akan dilaksanakan di tahun berapa, hanya saja, beberapa kalangan menilai hal itu akan direalisasikan dalam waktu dekat.