Dalam dunia penerbangan dikenal istilah “red eye flight”, yakni menggambarkan penerbangan malam yang panjang, khususnya penerbangan komersial yang berangkat larut malam dan tiba di pagi hari. Istilah ini berasal dari efek yang muncul pada mata seseorang setelah kurangnya tidur yang disebabkan oleh penerbangan semacam itu, yaitu mata yang merah dan lelah, seperti mata yang “terkena matahari” (red eye).
Penerbangan red-eye biasanya menjadi pilihan bagi mereka yang ingin menghemat waktu perjalanan karena dapat menghindari kepadatan lalu lintas udara dan waktu tunggu yang lama di bandara. Namun, karena penerbangan ini sering kali memengaruhi pola tidur alami, penumpang sering merasakan kelelahan dan jet lag setelah tiba di tujuan.
Bagaimana Reaksi Pramugari Saat Temukan Penumpang Berhubungan Seks di Pesawat?
Istilah “red-eye flight” mulai muncul sekitar tahun 1960-an atau 1970-an, ketika penerbangan komersial malam yang panjang menjadi lebih umum.
Penerbangan red-eye, terutama yang melibatkan perbedaan zona waktu yang signifikan, dapat berdampak pada kesehatan seseorang. Beberapa dampak kesehatan yang mungkin terjadi akibat penerbangan red-eye seperti gangguan tidur, jet lag, dehidrasi, ketidaknyamanan fisik sampai pengaruh pada kesehatan mental.
Untuk mengantisipasi dampak kesehatan dari penerbangan red-eye, ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil, seperti atur pola tidur, minum air sekucupnya, gerakan tubuh anda selama penerbangan, gunakan pelinding mata dan telinga, hindari makanan berat, gunakan pakaian yang nyaman, gunakan bantal dan selimut, dan hindari kafein dan akohol. Dan jangan lupa untuk beradaptasi dengan zona waktu, sesuaikan diri dengan zona waktu tujuan secepat mungkin dengan menyesuaikan jadwal tidur dan bangun Anda.