Memang, nama Cina agaknya terlalu sulit untuk digeser dari kedigdayaannya di sektor terknologi. Bahkan, Negara Adikuasa Amerika Serikat saja sampai-sampai ‘mengekor’ Negeri Tirai Bambu dalam urusan jaringan kereta api berkecepatan tingginya – kendati dua raksasa ini sudah lama terlibat dalam Perang Dagang yang tak kunjung usai. Apakah ini salah satu strategi yang dilakukan AS agar tidak jauh tertinggal dari rival terbesarnya ini? Atau Negeri Paman Sam memiliki niatan lain di balik upaya mengekor Cina kali ini?
Persisnya pada Februari 2019 lalu, anggota kongres AS, Alexandria Ocasio-Cortez dan Ed Markey mengumumkan sepasang resolusi yang bernama “Green New Deal.” Resolusi ini mencakup skema pengadaan dan pembangunan jaringan kereta api berkecepatan tinggi dan mulai menjadikan jalur perjalanan udara sebagai opsi kedua dalam menempuh perjalanan jarak jauh dalam negeri.
Mungkin, agak terlalu gengsi untuk pihak AS jika menyatakan bahwa ide ini terinspirasi dari Cina yang sudah mulai menjadikan kereta berkecepatan tinggi sebagai moda utama pengangkut penumpang dan menjadikan sektor aviasinya sebagai ‘cadangan’ moda. Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman signal.supchina.com (12/9), contoh paling sederhana dari pernyataan di atas adalah perjalanan dari Beijing menuju Shanghai (sejauh 1.213 km) yang kini sudah mulai digalakkan dengan menggunakan jaringan kereta cepat.
“Tidak hanya itu, banyak rute penerbangan yang kini sudah mulai tergantikan dengan jaringan kereta cepat, dimana sebenarnya Cina memiliki luas daratan yang hampir setara dengan Amerika,” ujar salah satu juru bicara dari Cina yang identitasnya dianonimkan.
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, jaringan kereta api cepat Cina mengular di kecepatan rata-rata 250 hingga 350 km per jam, dan ‘meliuk-liuk’ di bentang jalur yang mencapai total 18.000 mil. Rencananya, total bentang jalur jaringan kereta cepat Cina ini akan bertambah ke angka 25.000 mil di tahun 2025 mendatang.
Satu kunci kesuksesan Cina dalam menghadirkan jaringan kereta cepat yang hampir merata di semua bagian negaranya adalah timeline pembangunan yang jelas dan system yang sedikit memaksa – wajar saja, mengingat Cina merupakan salah satu negara penganut paham komunis terbesar di dunia. Prinsip liberal yang dianut oleh Amerika sedikit banyaknya menyumbang kesulitan bagi Pemerintah untuk menggalakkan timeline serupa seperti di Negeri Tirai Bambu.
Terlepas dari resolusi yang coba dihadirkan oleh dua anggota kongres tersebut, namun kehadiran jaringan kereta cepat di AS sejatinya akan berdampak pada menurunnya level polusi di sana. Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa pesawat merupakan salah satu penyumbang emisi rumah kaca terbesar di dunia.