Bagi travelers yang sering bepergian menggunakan pesawat, terkadang pesawat kerap melintas tidak garis lurus. Rute Jakarta ke wilayah-wialayh di Sumatera, misalnya, umumnya pesawat mengambil rute di atas laut. Bila dilihat di radar, pesawat mengambil rute melengkung dan hampir tidak mengambil rute garis lurus. Padahal, menurut kebanyak orang, tentu saja terbang lurus dari satu titik ke titik lainnya lebih dekat ketimbang rute melengkung.
Baca juga: Evolusi Sayap Pesawat dari Waktu ke Waktu – Mulai dari Kayu Hingga Material Komposit
Akan tetapi, persepsi seperti itu rasanya belum ada dasar pijakan yang cukup. Nyatanya, selain pesawat memang tidak pernah terbang lurus ke tempat tujuan,yang menandakan adanya alasan rasional terkait penerbangan dengan mengambil rute melengkung, juga terdapat banyak faktor yang melatarbelekanginya, mulai dari soal efisiensi, jarak, efektivitas, hingga cuaca. Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, berikut 5 alasan mengapa pesawat tidak terbang lurus.
1. Bumi Bulat
Penjelasan pesawat tidak terbang lurus mungkin sangat erat kaitannya dengan masalah bumi bulat. Di samping itu, alasan lainnya juga lekat dengan fisika dan matematika sederhana. Dikutip dari laman forbes.com, bumi kita pada dasarnya memang tidak datar seperti yang terlihat di peta. Oleh karenanya, rute terdekat bukanlah garis lurus, namun mengikuti lekuk bumi.
Selain itu, bumi juga berputar pada porosnya. Hal itu memaksa bagian tengah bumi sedikit menonjol keluar. Lengkungan bumi dan lebarnya khatulistiwa berarti bahwa melengkung ke arah kutub adalah jarak yang lebih pendek daripada terbang dalam garis lurus. Jadi, rute penerbangan terdekat dari Vancouver ke Paris (49 derajat utara) adalah melalui Greenland (68 derajat utara).
2. Cuaca
Dikutip dari Simple Flying, jarak terdekat bukan berarti selalu merupakan yang tercepat. Angin yang berhembus terlalu kencang juga dapat memperpanjang waktu tempuh. Angin paling ekstrem adalah di wilayah Atlantik. Oleh karena itu, sering kali pilot memilih untuk terbang 100 km lebih utara atau lebih Selatan dari Atlantik. Selain angin, awan cumulonimbus yang biasanya memicu badai juga harus dihindari.
3. Teritorial
Teritorial atau zona terbang di masing-masing ruang udara memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada umumnya, ada yang membolehkan pesawat sipil melintas dan ada pula yang tidak. Selain itu, jikapun boleh melintas, saat ruang udara di sebuah wilayah tengah konflik atau tengah diperebutkan oleh dua negara atau lebih, hal itu mungkin bisa menjadi alasan sangat kuat untuk pesawat tidak melintas daerah tersebut. Pada beberapa kasus, pesawat pun akhirnya terbang tidak pada garis lurus untuk menghidari teritorial rawan tersebut.
Baca juga: Ini Dia Jawaban Kenapa Pesawat Dilarang Melintas di Atas Ka’bah!
4. Air Navigation Charge
Air navigation charge atau tarif yang harus dibayar maskapai untuk terbang melalui kawasan udara di suatu negara juga menjadi salah satu alasan mengapa pesawat tidak terbang lurus. Sebab, bila terbang lurus, terlepas dari tiga faktor yang disebutkan sebelumnya, pesawat mau tak mau harus melewati beberapa ruang udara suatu negara yang mungkin saja tarifnya lebih mahal dibanding negara lainnya.
Hal ini berlaku untuk beberapa negara di Eropa dan beberapa jenis pesawat. Contohnya, harga terbang melewati Jerman dua kali lebih mahal daripada melewati Polandia. Maka pesawat dari Stockholm, Swedia yang hendak menuju Pisa, Italia biasanya lebih memilih melewati kawasan udara Polandia dengan rute yang lebih panjang.
5. Air Traffic
Traffic mungkin juga jadi salah satu faktor mengapa pesawat tidak terbang lurus. Pasalnya, bila pesawat melewati satu rute yang sama, kepadatan lalu lintas udara mungkin tak terhindarkan. Maka dari itu, jika terlalu banyak jumlah penerbangan melalui rute yang sama, maka beberapa pesawat harus menunda take off atau memilih rute alternatif. Tentu saja hal tersebut sangat dihindari maskapai dan otoritas bandara karena dapat mengurangi efektivitas ruang udara.