Tuesday, November 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanMengapa Pesawat Tidak Istirahat Setelah Terbang? Selesai Terbang, Langsung Terbang Lagi

Mengapa Pesawat Tidak Istirahat Setelah Terbang? Selesai Terbang, Langsung Terbang Lagi

Setiap kali pesawat mendarat dan menurunkan penumpang, tak lama kemudian, pesawat terbang lagi ke rute yang sama atau rute lain seolah tak kenal lelah. Kenapa demikian? Sebetulnya adakah batasan minimum atau maksimum pesawat beristirahat setelah mendarat dan sebelum terbang kembali?

Baca juga: Walau Nganggur, Pesawat Tetap ‘Merepotkan’ Petugas, Loh

Menurut mantan pilot yang pernah menerbangkan banyak pesawat seperti DC-4, DC-6, 707, DC-8, 727, 737, 747, 757, DC-10, dan C-119, George Gonzalez, seperti dikutip dari Quora, hal itu (pesawat langsung terbang lagi setelah mendarat) adalah wajar. Sebab, struktur dan mesin pesawat dirancang untuk bekerja 100 persen sepanjang waktu dan tidak mendapat manfaat dari “istirahat” atau standby di apron.

Justru sebaliknya, saat pesawat berisitrahat atau di-grounded, itu akan merusak pemeriksaan suhu mesin dan tekanan badan pesawat serta siklus pendaratan atau siklus penerbangan saat mencapai titik maksimum, sebelum mesin, tekanan badan pesawat, ban, sampai landing gear melakukan pemeriksaan rutin.

Setiap siklus pendaratan atau siklus terbang pasti menimbulkan tekanan yang dapat menyebabkan metal fatigue and crack (kelelahan dan retakan logam). Karenanya, semakin sedikit istirahat semakin baik atau sebaliknya semakin banyak sering terbang semakin baik.

Pesawat diketahui memiliki prosedur pemeriksaan pesawat A, B, C, dan D. Masing-masing line atau jalur pemeriksaan itu memiliki siklus terbang atau durasi maksimum jam terbang.

Jalur pemeriksaan A dan B bisa dibilang lebih ringan dibanding C dan D, yang kadang kala disebut Base atau Heavy maintenance. A dan B biasanya merupakan inspeksi sehari-hari sedangkan C dan D tidak serta membutuhkan waktu untuk melakukan pemeriksaan.


Pada umumnya, line maintenance atau jalur pemeriksaan A dan B dilakukan setiap 400 sampai 600 jam terbang atau antara 200 sampai 300 siklus terbang, dimana lepas landas dan mendarat dihitung sebagai satu siklus. Pemeriksanaan model ini umumnya berupa pemeriksaan visual badan pesawat, powerplant, landing gear, avionik, rem dan peralatan darurat termasuk inflatable slides, dan lain sebagainya.

Baca juga: Saat Pesawat Menjalani C-check, Berapa Tenaga Kerja yang Dilibatkan?

Line maintenance juga termasuk mengecek level cairan pesawat, seperti oli dan hidrolik di samping open inspection panel dan penutup mesin. Perlu dicatat, semua itu tergantung pada manual book atau buku petunjuk manual pabrikan. Jadi, tergantung pesawatnya, itu bisa berbeda-beda. Tetapi, baik Boeing maupun Airbus bisanya menggabung check task list B untuk membentuk pemeriksaan A.

Lanjut ke pemeriksaan C, di sini maskapai harus merelakan armadanya tiga pekan berada di hanggar untuk pemeriksaan.

Ini dilakukan setiap sekitar 20-24 bulan sekali. Sebelum mulai melakukan ini, teknisi biasanya mengecek dahulu pemeriksaan A dan B ditambah pemeriksaan struktur komponen penahan beban pada badan pesawat dan sayap, pelumasan mendalam lengkap dari alat kelengkapan jet dan kabel, menguji mekanisme internal, sampai program pencegahan korosi.

Berbeda dengan line maintenance A dan B yang masing-masing hanya membutuhkan 60 sampai 150 jam kerja, heavy maintenance C biasanya membutuhkan 6.000 jam kerja. Tergantung pada tipe dan jenis pesawat, waktu pemeriksaannya bisa berbeda-beda.

Program Pemeliharaan Keluarga Airbus A320, misalnya, pemeriksaan dapat dilakukan setiap 36 bulan, atau 12.000 jam terbang, atau 8000 siklus penerbangan, tergantung pada periode mana yang lebih dulu. Sebagai perbandingan, interval waktu pemeriksaan C yang ditentukan untuk jet klasik Boeing 737 adalah 4.000 jam terbang atau maksimal mencapai 7.500 jam terbang.

Baca juga: Begini Prosedur Pemeriksaan Pesawat untuk Capai Tingkat Keselamatan Tertinggi

Adapun pemeriksaan paling mahal dan sulit serta menyita waktu adalah pemeriksaan D atau Heavy Maintenance Visit (HMV). Ini biasanya terjadi setiap enam sampai 10 tahun atau setiap 20 ribu jam terbang.

Di sini, teknisi dan insinyur membongkar dan merakit kembali pesawat. Di beberapa kondisi bahkan cat harus dikupas terlebih dahulu untuk pemeriksaan lebih lanjut pada kulit logam badan pesawat guna memastikan tidak korosi. Tergantung tipe pesawat, pemeriksaan D biasanya bisa mencapai 50 ribu jam kerja atau dua bulan sampai selesai.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru