Bagi pecinta penerbangan atau traveller yang kerap bepergian menggunakan pesawat, pasti sering mendengar berbagai jenis pesawat keluaran Airbus atau Boeing, seperti A330, Boieng 737, Boeing 787, A380, A350, dan sebagainya.
Baca juga: Mengapa Pesawat Buatan Airbus Selalu Dimulai dengan Huruf ‘A’? Berikut Penjelasannya
Meski berbeda, keduanya sama-sama mencirikan pesawat masing-masing, Airbus dengan ciri huruf A dan diikuti oleh tiga nomor, sedangkan Boeing mencirikan pesawat-pesawat mereka dengan tiga angka berawalan 7 dan berakhiran 7 atau biasa dibilang formula penamaan 7×7. Tentu ada alasan filosofis dibalik formula tersebut dan untuk menjawabnya tidak bisa lepas dari sejarah.
Dilansir Simple Flying, sejarah formula penamaan 7×7 Boeing dimulai saat pesawat Boeing 707 lahir sekitar akhir dekade 50an. Sampai di sini, sebetulnya Boeing masih belum memutuskan pakem 7×7. Sebab, pesawat penumpang modern pertama Boeing adalah 367-80 atau Dash 80, jauh berbeda dengan pakem tersebut.
Setelah kemunculan Boeing 707, departemen pemasaran Boeing untuk pesawat komersial pun mulai berpikir diperlukannya sebuah formula yang membuat pesawat jadi lebih menarik dan mudah diingat serta dapat memudahkan identifikasi pesawat-pesawat mereka, baik dari pesawat-pesawat komersial itu sendiri maupun dari pesawat-pesawat non komersial Boeing. Secara umum, formula penamaan produk-produk Boeing untuk kemudahan identifikasi detailnya seperti di bawah ini.
100 untuk model sebelumnya. Boeing tidak lagi menggunakan penunjukan ini, tetapi melakukan retrospektif untuk biplan pertama yang dibuatnya.
200 untuk desain sayap tunggal awal yang menyimpang dari tren biplan kontemporer.
300 dan 400 untuk pesawat yang digerakkan baling-baling komersial.
500 untuk pesawat bermesin turbo.
600 untuk rudal dan perangkat bertenaga roket.
700 untuk pesawat komersial bertenaga jet.
800 saat ini belum digunakan di divisi manapun.
900 untuk perahu. Seperti umum diketahui, Boeing juga memproduksi hidrofoil turbojet yang ditetapkan sebagai 929.
Selain formula penamaan di atas, secara teknis ada seri lain, yang dikenal sebagai Boeing 2707, sebuah pesawat supersonik Amerika Serikat yang rencananya dibangun untuk menandingi pesawat supersonik Concorde mahakarya Eropa atau mungkin juga untuk menandingi mahakarya Uni Soviet Tupolev Tu-144. Namun, sampai akhirnya kedua pesawat supersonik tersebut stop produksi, Boeing tidak pernah memproduksi pesawat tersebut.
Akan tetapi, di masa mendatang, Boeing bukan tidak mungkin akan melanjutkan itu. Bukan proyeknya, melainkan formula penamaannya (formula penamaan empat angka seperti Boeing 2707 pada tahun 1970an silam).
Baca juga: Inilah Alasan Kenapa Boeing Tak Buat Seri 777-100
Saat ini, Boeing nyaris menghabiskan seluruh slot formula 7×7 yang tersisa, mulai dari 707, 717, 727, 737, 747, 757, 767, 777, 787, dan hanya menyisakan 797. Varian 737 juga demikian, sudah menghabiskan penomoran sub variannya, mulai dari -100 sampai -900. Itulah mengapa seri terbaru Boeing 737 disebut sebagai MAX atau Boeing 737 MAX.
Selain itu, Boeing juga dimungkinkan untuk penggunaan formula awalan 7 dan akhiran setelah 7, seperti 748, 738, 708, 788, dan seterusnya. Di antara ketiga kemungkinan formula penamaan pesawat-pesawat Boeing, manakah yang akan benar-benar terealisasi di masa mendatang? Menarik dinanti.