Meski gagal bersinar, peran pesawat De Havilland Comet dalam mempelopori terbukanya lembaran baru dunia dirgantara global menyambut era mesin jet patut diapresiasi. Sampai saat ini, mesin jet terus diandalkan oleh seluruh jenis dan tipe pesawat. Pertanyaannya, mengapa demikian?
Baca juga: Bagaimana Cara Mesin Pesawat Dipasang? Berikut Ulasannya
Jawaban atas pertanyaan itu sudah pasti tidak begitu mudah tetapi tidak pula begitu sulit sampai tidak bisa dijawab.
Mesin jet adalah bagian yang paling mahal dari sebuah pesawat terbang. Meskipun biaya maintenance, repair, and overhaul (MRO) atau perawatan mesin pesawat tergolong mahal, namun, itu tidak ada harganya bila dibandingkan pesawat mengalami kecelakaan ataupun di-grounded berkepanjangan lantaran kerusakan mesin.
Pasar aero-engine MRO setiap tahunnya bernilai lebih dari US$2,5 miliar atau lebih dari Rp35 triliun (kurs 14.021). Dari jumlah tersebut, maskapai banyak mengeluarkan uang untuk perawatan dan perbaikan bilah turbin, bantalan atau bearings, dan sistem kontrol mesin, dimana ketiganya didapuk sebagai bagian mesin yang paling mahal.
Secara umum, biaya perawatan mesin jet pesawat mencapai US$12 juta hingga lebih dari US$45 juta atau Rp633 miliar (kurs 14.021).
Meskipun didesain untuk bisa beroperasi di segala kondisi, mesin jet pesawat tetap saja sewaktu-waktu bisa mengalami kehausan, hasil dari gesekan, getaran, suhu panas ekstrem, dan korosi atau karat; termasuk di dalamnya akibat benda agak besar masuk ke dalam mesin, seperti burung atau bird strike dan sebagainya.
Dalam keadaan normal, mesin jet pesawat bisa tahan samapi 15 ribu jam terbang. Namun, pada tahun 2019, mesin Rolls-Royce Trent 700 menyelesaikan lebih dari 50.000 jam terbang bersama Aeroflot Airbus A330 tanpa perlu masuk ke hanggar untuk perbaikan, dan berhasil mencatatkan rekor dunia sebagai mesin dengan jam terbang terlama tanpa overhaul. Setelahnya, mesin harus mendapat perawatan berkala untuk keamanan.
Mesin jet, pada umumnya menggunakan turbin sehingga disebut mesin jet turbin atau turbojet atau dikenal juga sebagai turbofan dan turboshaft.
Baca juga: Ternyata Ini Pesawat Narrowbody dengan Mesin Terbesar di Dunia, Dioperasikan Citilink dan Lion Air
Dilansir highskyflying.com, seperti karburator motor, cara kerja mesin jet pesawat terbang juga tentu menggunakan udara. Bedanya ada proses pengompresan, mulai dari menghidap udara, menekan, ledakan, dan menghembuskan.
Langkah pertama adalah menghisap. Kipas di bagian depan mesin jet akan menghisap udara dan 80% dari udara akan melewati mesin dan meniupkan udara keluar dari belakang.
Itulah yang memberikan sebagian besar dorongan, yang mendorong pesawat ke depan. Kipas berputar melalui mesin inti yang mengambil 20 persen bagian udara lainnya dan mengompresnya. Proses pengompresan membuatnya semakin kecil.
Lalu, udara akan bercampur dengan bahan bakar dan kemudian dinyalakan melalui pengapian. Proses itulah yang menyebabkan adanya ledakan.
Bagian terakhir adalah saat kompresor semakin kecil maka turbinnya semakin besar yang menghasilkan lebih banyak tenaga. Udara akan melewati dan berputar di setiap langkahnya.
Mesin jet pesawat sampai bisa diandalkan seperti sekarang ini, tidak terlepas dari investasi dan disiplin terhadap perawatan.
Baca juga: Seberapa Jauh Pesawat Bisa Terbang Saat Mesin Rusak-Kehabisan Bahan Bakar di Udara?
Rolls-Royce, misalnya, sebagai produsen pesawat, mengaku sudah berhasil membangun mesin pertama untuk keperluan testbed, dengan menghabiskan kocek sebesar US$125 juta atau sekitar Rp1,8 triliun (kurs 14.527). Testbed itu dilakukan di fasilitas testbed indoor terbesar di dunia, Testbed 80, milik FINN company atau Farnborough International, Inggris. Itu baru testbed sudah mengeluarkan uang sebanyak itu.
Bagaimana dengan seluruh prosesnya, mulai dari awal sampai akhir dan mesin jet siap dipakai, sudah pasti investasinya sangat besar. Belum lagi MRO-nya yang mencapai US$12 juta hingga lebih dari US$45 juta atau Rp633 miliar (kurs 14.021) per tahun. Inilah yang pada akhirnya membuat mesin jet dapat begitu diandalkan pesawat modern sampai saat ini dan di masa yang akan datang.