Airbus A340 memiliki beberapa fitur yang membuatnya berbeda dengan pesawat lain. Misalnya, tak banyak pesawat widebody dengan empat mesin yang hanya memiliki satu dek penumpang. Hal itu berbeda dengan Boeing 747 Queen of the Skies dan pesawat jet komersial terbesar di dunia, Airbus A380 superjumbo.
Baca juga: Bedah Jendela Pesawat, Inilah Bagian-bagian Beserta Fungsinya
Tak cukup sampai di situ, bila diperhatikan lebih mendetail, rupanya terdapat fitur lain yang membuatnya mudah dikenali, yakni jendela belakang yang miring ke atas.
Dilansir Simple Flying, Airbus A340 pertama kali masuk ke dalam layanan bersama Lufthansa pada Maret 1993 silam. Itu berarti tahun depan, pesawat ini akan bakal merayakan hari jadinya yang ke-30. Selama periode itu, pesawat terus-menerus menghiasi langit internasional dengan desain jendela belakang pesawat yang miring.
Jendela belakang serta fuselage floor slope yang dibuat miring ke arah ekor sebetulnya tak lebih dari sekedar fitur yang juga dapat ditemukan di banyak pesawat Airbus lainnya. Menurut salah seorang sumber di Airliners.net, jendela belakang miring cukup umum ditemukan di antara pesawat widebody Airbus. Lebih lanjut, dalam forum diskusi online Quora, jendela belakang miring juga bisa ditemukan di Airbus A300, A310, A330, dan A340.
Akan tetapi, alasan logis untuk itu adalah Airbus ingin mendapatkan sedikit space di bagian bawah kabin. Dengan membuat jendela bekalang pesawat miring sekitar 1 derajat, muatan barang ke dalam kargo pesawat atau ULD (Unit Load Devices) bisa lebih maksimal.
Dalam konteks saat ini, dimana banyak pesawat umumnya tak hanya mengejar efektivitas melainkan juga efisiensi, fitur tersebut sangat berguna. Seorang pilot Airbus A320 dan 321, Anas Maaz, mengungkap bahwa fitur tersebut juga berguna untuk mengurangi biaya desain pesawat. Lebih dari itu, lantai dan jendela belakang pesawat miring akan memberikan ruang kabin yang lebih luas.
Di samping itu, Airbus A340 juga terkenal di kalangan avgeeks sebagai pesawat dengan kemampuan lepas landas panjang serta sudut yang cukup vertikal. Biasanya pesawat lepas landas dengan posisi sudut kemiringan yang tidak terlalu vertikal (sekitar 45 derajat), demi menjaga kenyamanan penumpang. Tetapi, A340 dinilai lebih dari itu.
Baca juga: Inilah Kaca Elektrokromik yang Bikin Jendela Pesawat Tak Perlu Tirai
Sehingga, dengan membuat desain jendela serta fuselage floor slope belakang miring ke atas mengikuti ekor, gesekan atau benturan antara ekor dengan runway bisa terhindar. Dari segi aerodinamika, desain tersebut menghasilkan drag yang lebih rendah dibanding desain konvensional. Drag sendiri adalah gaya hambat yang yang dikarenakan adanya gesekan dan tahanan antara permukaan pesawat (wing, fuselage, dan objek yang berada di pesawat) dengan udara.
Meski tak terlalu sukses di pasaran, namun berkat berbagai fitur uniknya, A340 dapat dikatakan legendaris; apalagi setelah Airbus mengumumkan stop produksi pada 2011 lalu. Sekalipun sempat diisukan bakal come back menjadi A340 NEO, pandemi virus Corona nampaknya benar-benar mengubur A340 sebagai salah satu pesawat ikonik Airbus yang saat ini menyisakan sekitar 370 unit di dunia, dimana sebagian besar digunakan oleh maskapai Jerman, Lufthansa.