Mendunia karena kualitas layanan dan ketepatan waktunya, perkeretaapian Jepang seolah sudah menjadi kiblat bagi negara-negara lain yang juga tengah mengembangkan jaringan perkeretaapiannya. Selain itu, perkembangan teknologi juga memegang peranan penting di sektor perkeretaapian Jepang – salah satu yang dianggap menjadi puncak kejayaannya adalah ketika kereta berkecepatan tinggi diperkenalkan ke publik untuk pertama kalinya.
Baca Juga: Di Shinkansen, Toleransi Antar Penumpang Kereta Begitu Kuat
Kembali ke tahun 1964, dimana pihak Jepang pertama kali meluncurkan kereta api berkecepatan tinggi paling anyar. Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman interestingengineering.com, di awal pengoperasiannya, kereta ini menghubungkan dua kota besar di sana – Tokyo dan Osaka. Karena pada saat itu teknologi masih serba terbatas, maka kecepatan 200km/jam yang mampu direngkuh oleh kereta cepat ini sudah bisa dijadikan sebagai suatu pencapaian yang luar biasa kala itu.
Tapi bukan berarti Jepang tidak menemukan rintangan di awal pengadaannya, karena mereka butuh waktu sekira lima tahun untuk melakukan pembangunan secara menyeluruh guna melancarkan pengoperasian dari kereta cepat ini. Pun dengan biaya pembangunannya yang terbilang sangat fantastis – ¥400 miliar atau yang setara dengan Rp64,2 triliun kurs sekarang.
Jangan kira pembangunan kereta yang kini lebih dikenal sebagai Shinkansen ini tidak menuai kritikan dari oposan yang menganggap kereta ini terlalu mahal dalam hal pengadaannya dan dianggap tidak akan menuai keberhasilan dalam pengoperasiannya. Berbanding terbalik dengan perhatian seluruh penjuru dunia yang sangat skeptis dengan moda modern tersebut.
Mungkin jika dibandingkan apple-to-apple, kerisauan warga dunia pada tahun 1960-an yang penasaran dengan kereta Shinkansen ini hampir sama dengan masa kini, dimana sebagian kalangan sangat menantikan kehadiran dari Hyperloop, moda transportasi massal berbasis teknologi levitasi magnetik.
Baca Juga: Wow, Kereta Shinkansen Ada di Restoran Indonesia!
Namun ternyata prediksi kubu oposan tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan. Ini dibuktikan dengan pencapaian Shinkansen, yang hanya membutuhkan waktu 3 tahun untuk dapat mengakomodasi 100 juta penumpang dengan aman dan tentu saja cepat. Kesuksesan ini seolah menjadi bibit bagi pengembangan moda ini di tahun-tahun berikutnya. Sampai-sampai, kehadiran Shinkansen menjadi inspirasi bagi belahan dunia lain untuk menghadirkan moda yang hampir menyamai dengan konsep yang sama – sebut saja kereta cepat Perancis TGV yang lahir pada tahun 1980.