De Grote Postweg atau yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos, sebagaimana yang sudah diketahui bersama, merupakan jalan yang menghubungkan antara Anyer yang ada di Banten dan Panarukan yang ada di Jawa Timur. Dewasa ini, jalan antar propinsi yang menghubungkan dua ujung Pulau Jawa memang memegang peranan penting dalam mobilisasi rakyat, hingga komoditas – dimana fungsi dari jalan ini masih dipertahankan sejak awal pembangunannya di awal tahun 1800-an.
Baca Juga: Anyer – Panarukan, Sengsara Dulu Membawa Nikmat Sekarang
Ketika Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels tiba di Batavia (sekarang Jakarta) pada 5 Januari 1808, ia diperintahkan untuk menjaga Tanah Jawa dari serangan pasukan Inggris. Kendati begitu, proyek utama di masa kepemimpinannya ini adalah membangun Jalan Raya Pos tersebut – dimana salah satu manfaat dari dibangunnya jalan sepanjang kurang lebih 1.000 km ini adalah untuk mempercepat mobilisasi tentara kala itu.
Sebenarnya, Daendels tidaklah membangun Jalan Raya Pos sepenuhnya, melainkan ia hanya menghubungkan jalan-jalan yang sebelumnya sudah ada dan menerapkan standarisasi terhadap jalan-jalan tersebut. Tak ayal, guna menghubungkan semua jalan-jalan yang sudah ada sebelumnya ini menjadi satu kesatuan, Daendels pun harus turut membangun sejumlah jalan baru. Adapun jalan baru yang dibangun oleh Daendels adalah dari Buitenzorg (sekarang menjadi Bogor), menuju Cisarua yang diteruskan hingga ke Bandung, Sumedang, hingga ke Cirebon.
Namun di balik sengkarut kontroversi yang menyelimuti pembangunan Jalan Raya Pos ini, ada satu fakta yang unik dimana seorang sejarawan, Djoko Marihandono mengatakan bahwa gagasan pembangunan jalan yang terletak di Utara Jawa ini bukanlah gagasan murni dari Sang Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Dalam salah satu program Metro TV bertajuk “Melawan Lupa – Sejarah dan Mitos Jalan Daendels”, Djoko menyebutkan bahwa, “Karena sejak tahun 1805, Napoleon Bonaparte sudah menghubungkan Paris dengan 32 kota yang ada di Eropa dan diberi nama Jalan Pos,”
“Dan ketika ia (Daendels) mau pamit dari Den Haag (salah satu kota di Belanda) menuju Paris, ia melalui Jalan Pos itu,” tandas Djoko.
Baca Juga: Ternyata, Kebiasaan Meludah di Angkutan Umum Sudah Ada Sejak Masa Kolonial Belanda
Jika dikaitkan, Napoleon Bonaparte memang pernah mencapai masa kejayaannya ketika dirinya hampir menguasai daratan Eropa – baik melalui jalur diplomasi maupun peperangan. Maka tidak aneh rasanya jika Napoleon akan menghubungkan kota-kota ‘jajahannya’ tersebut dengan Paris, Perancis.
Lalu, benarkah Jalan Raya Pos yang membentang dari Anyer hingga Panarukan ini terinspirasi dari Jalan Pos yang menghubungkan Paris dengan 32 kota di Eropa?