Sebuah perusahaan desain asal New York, Amerika Serikat, belum lama ini merilis konsep untuk membuat pesawat penumpang serba listrik dengan tiga baling-baling sebagai pengganti mesin jet. Konsep pesawat berpenumpang yang dinamakan “Zero” tersebut, diklaim mampu menyumbang penurunan emis gas buang dan memperlambat laju pemanasan global berkat tenaga penggeraknya yang 100 persen listrik tersebut.
Baca juga: Harbour Air Uji Coba Pesawat Terbang Listrik Selama Lima Menit
Pesawat yang dirancang oleh Joe Doucet x Partners (JDXP) ini, secara fisik, memiliki struktur aerodinamis yang cukup erat, dilengkapi dengan ujung hidung meruncing, dan sayap lebar di bagian belakang. Sayap pesawat tersebut lebih besar daripada sayap pesawat komersial saat ini serta sengaja diposisikan lebih tinggi dan lebih jauh ke belakang dari badan pesawat untuk membuat bagian depannya secara alami sedikit mencongak ke atas agar memudahkan pesawat saat lepas landas.
Pesawat yang menggunakan baterai dan generator listrik yang dapat diisi oleh panel surya, serta tiga set baling-baling sebagai tenaga penggeraknya itu memang sedikit lebih lambat dibanding pesawat konvensional dengan mesin jet ganda. Meskipun demikian, sebagian masyarakat yang sadar akan bahaya pemanasan global tidak akan cukup terganggu dengan konsekuensi 25 menit lebih lama.
“Kami tidak melanggar penghalang suara (tidak bising), tapi efisiensi adalah kuncinya,” kata Joe Doucet, pemimpin perusahaan JDXP, seperti dikutip KabarPenumpang.com dari laman dailymail.co.uk, Senin, (10/2).
“Sepertinya bagi saya ada teknologi yang dapat dicapai, dan keinginan para pelancong untuk melakukan perjalanan yang lebih baik, bahkan jika perjalanannya sedikit lebih lama,” tambahnya.
Joe Doucet selama ini beranggapan, emisi karbon dari perjalanan pesawat, yang terfokus di bagian atas atmosfer, dianggap sebagai salah satu kontributor terbesar pemanasan global. Hanya saja, pesawat tersebut sementara ini masih didesain untuk penerbangan jarak pendek saja. Sebab, semakin lama penerbangan, semakin besar waktu tambahan yang dibutuhkan dalam setiap penerbangan dibanding pesawat bermesin jet.
Dari sisi keamanan, Doucet mengatakan bahwa pesawat “Zero” juga dapat meluncur kembali ke tanah bahkan jika kehabisan daya atau dalam kasus kerusakan sekalipun. Namun, sejauh ini belum jelas bagaimana mekanismenya jika hal tersebut benar-benar terjadi.
Sebagai sebuah pesawat yang mengusung konsep “berkelanjutan” tentu saja segala hal yang melekat padanya harus berdasarkan konsep tersebut. Tak terkecuali terkait pelayanan di bagian dalam pesawat, dalam hal ini sajian makanan. Jangan berharap pelanggan akan menemukan plastik sekali pakai atau burger daging sapi –yang notabene dinilai menjadi penyebab nomor dua terbesar pemasan global– di setiap penerbangan. Sebab, hal tersebut mustahil.
Dengan konsep “berkelanjutan” tersebut, sebagian kalangan menilai, pesawat ini mungkin akan mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat. Terlebih, efek pemanasan global saat ini sudah benar-benar meresahkan. Tentu saja, segala sesuatu yang membantu menurunkan laju pemanasan global akan mendapat perhatian dari masyarakat internasional, terlebih inovasi tersebut datang dari pesawat terbang.
Akan tetapi, di lain kesempatan, Doucet justru mengatakan hal sebaliknya. Ia tidak berniat membawa konsep tersebut ke tahapan yang lebih tinggi, dalam artian tidak pada tahap untuk membuat pesawat di seluruh dunia bertenaga listrik seperti produknya. Pasalnya, hal itu membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk membuat pusat penelitian dan pengembangan pesawat hingga benar-benar bisa menjadi angkutan massal utama di masa mendatang.
Baca juga: Mampukah Pesawat Bertenaga Listrik Geser Kedigdayaan Pesawat Komersial?
Berbicara angkutan massal listrik berkemampuan terbang di masa mendatang, JDXP bukanlah satu-satunya pemain. Sebelumnya, sudah pernah ada pesawat bertenaga listrik pada tahun 1970, kemudian juga ada perusahaan otomotif asal Korea, Hyundai yang bekerjasama dengan Uber untuk membuat armada taksi terbang listrik, Rolls Royce yang bulan lalu juga membuat pesawat listrik berkemampuan 300 mil per jam dan paket baterai untuk 200 mil penerbangan per pengisian, serta maskapai asal Belanda, KLM, yang juga sudah membuat rancangan pesawat berpenumpang canggih bertenaga listrik di masa mendatang, dengan desain yang ditawarkan saat ini berbentuk “V”.
Sebagai tambahan, Badan Energi Internasional telah memperkirakan akan ada sekitar 125 juta kendaraan listrik yang dikerahkan secara global pada tahun 2030, menggantikan mobil bertenaga bahan bakar yang mengeluarkan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya.
Perusahaan asal New York, Amerika Serikat membuat konse pesawat penumpang serba listrik dengan tiga baling-baling untuk pengganti mesin jet. Pesawat ini bernama ‘Zero’. Pesawat yang dirancang oleh Joe Doucet X Partner ini dengan memiliki sayap pesawat lebih besar dari pada sayap pesawat komersial saat ini diposisikan kebuh tinggi dan lebuh jauh agar memudahkan pesawat lepas landas. Pesawat ini menggunakan baterai dan generator listrik yang diisi oleh panel surya. Pesawat ini akan bergerak sedikit lebih lambat dibanding pesawat lain sekitar 25 menit lebih lama. Tetapi Doucet tidak berniat membawa konsep tersebut ke tahapan lebih tunggu karena membutuhkan biaya yang banyak untuk membuat pusat penelitian dan pengembangan pesawat ini. Dari sisi keamanan, Doucet mengatakan bahwa ‘Zero’ juga dapat meluncurkan kembali ke tanah jika kehabisan daya atau dalam kasus kerusakan. Tetapi mekanismenya belum jelas. Badan Energi Internasional memperkirakan akan ada sekitar 125 juta kendaraan listrik pada tahun 2030.