Tuesday, November 26, 2024
HomeHot NewsMaskapai Harus Waspadai "Tail Strike", Bisa Jadi Bencana dalam Jangka Panjang pada...

Maskapai Harus Waspadai “Tail Strike”, Bisa Jadi Bencana dalam Jangka Panjang pada Pesawat

Selain bird strike, dalam dunia penerbangan juga dikenal istilah tail strike. Namun, tail strike tidak ada kaitannya dengan ‘serangan’ yang diakibatkan oleh hewan. Tail strike adalah indisen ketika bagian ekor atau empennage pesawat menabrak tanah atau benda stasioner di landasan. Hal ini dapat terjadi pada pesawat bersayap tetap dengan undercarriage roda tiga, baik saat lepas landas di mana pilot memutar hidung terlalu cepat, atau saat mendarat di mana pilot mengangkat hidung terlalu tajam selama pendekatan akhir, sering kali saat mencoba mendarat terlalu dekat dengan landasan.

Baca juga: Mendarat di Bandara Yangon, Singapore Airlines Terkena “Tail Strike”

Bukan hanya dialami oleh pesawat bersayap tetap, pesawat sayap putar alias helikopter juga dapat mengalami tail strike, yaitu selama helikopter beroperasi dengan dengan tanah, khususnya ketika ekor secara tidak sengaja menabrak rintangan.

Tail strike menyebabkan kerusakan, meski akibatnya bisa berdampak ringan, atau malah bisa fatal karena menyangkut keselamatan dalam penerbangan. Ada dua bencana penerbangan yang dikenal terjadi karena pesawat yang bersangkutan tidak diperbaiki dengan benar setelah insiden tail strike. Penerbangan itu adalah Japan Airlines flight 123, yang menyebabkan korban tewas 520 orang, dan China Airlines flight 611, yang menyebabkan korban tewas 225 orang, Keduanya insiden fatal tersebut sama-sama melibatkan pesawat jenis Boeing 747.

Akibat tail strike tidak melulu langsung dirasakan, seperti pada China Airlines flight 611, tail strike sebanarnya terjadi pada tahun 1980, namun pesawat jatuh pada tahun 2002, yakni 22 tahun kemudian. Akibat tail strike menyebabkan bagian belakang badan pesawat mengalami benturan keras dan mengalami kerusakan. Tidak dirawat dengan baik dan akibat perawatan yang buruk, pesawat tiba-tiba hancur di ketinggian 35.000 kaki ketika bagian yang rusak terlepas.

Umumnya, ketika sebuah pesawat mengalami tail strike saat lepas landas, pilot akan segera kembali ke bandara untuk pemeriksaan pemeliharaan bagian ekor.

Pada foto di atas adalah tail strike yang melibatkan Malaysia Airlines 777 di Zurich pada tahun 2004. Pesawat itu diperbaiki dan kemudian terbang hingga 2017, ketika dibeli oleh Delta Air Lines dan dilucuti suku cadangnya untuk mendukung armada 777 mereka sendiri.

Baca juga: Mengapa Area Sekitar Runway Ditanami Rumput? Inilah Jawabannya

Pada 25 November 2019, pesawat milik maskapai Singapore Airlines mengalami tail strike ketika melakukan pendaratan di Yangon, Myanmar. Karena insiden ini, pesawat Airbus A330-300 tersebut mengalami kerusakan dan harus menjalani perbaikan sebelum kembali lepas landas.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru