Industri penerbangan mulai kembali bergairah. Data terbaru menyebut, kapasitas kursi seluruh maskapai di dunia setiap pekannya sudah hampir menyentuh angka 100 juta kursi per pekan yang ditawarkan kepada penumpang, naik 36 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Apakah ini pertanda pandemi Covid-19 sudah berakhir?
Baca juga: Ditentang Greenpeace, Apa Itu Penerbangan Hantu?
Pada tahun 2018, IATA memprediksi bahwa jumlah penumpang yang bepergian melalui udara akan mencapai 8,2 miliar pada tahun 2037. Sebelum Covid-19 mewabah, 40,3 juta penerbangan dijadwalkan lepas landas di seluruh dunia pada tahun 2020, meskipun pada akhirnya harus turun menjadi sekitar 23,1 juta.
Seiring waktu berlalu dan kasus aktif Covid-19 jauh menurun setelah meningkat drastis akibat varian Delta dan Omicron, jutaan orang di seluruh dunia bak burung keluar dari sangkar. Berduyun-duyun bepergian ke destinasi wisata favorit, dalam dan luar negeri. Kapasitas kursi yang ditawarkan maskapai di setiap penerbangan pun meningkat.
Menurut penyedia data perjalanan global (OAG), yang dikutip Simple Flying, saat ini total kapasitas kursi mingguan telah mencapai 96,6 juta, naik 36 persen pada minggu yang sama tahun lalu dan hanya 17 persen di bawah angka 2019 di periode yang sama.
Meskipun segalanya masih berubah, OAG memperkirakan kapasitas kursi mingguan akan mencapai angka 100 juta pada pertengahan Juli dan semakin mendekati angka pra pandemi.
“Total kapasitas maskapai untuk bulan ini mencapai 396,8 juta, meningkat 42% dari tahun sebelumnya, ” kata John Grant, juru bicara OAG.
“Pada awal bulan, ada rencana untuk mengoperasikan 419,4 juta kursi, jadi maskapai menyesuaikan kapasitas selama bulan itu sekitar 22,6 juta kursi yang terdengar banyak; kenyataannya, ini adalah pengurangan 5,4 persen dengan latar belakang tantangan sumber daya yang besar dan termasuk beberapa pembatasan Covid-19 di Cina,” tambahnya.
“Perkiraan kapasitas jangka pendek untuk beberapa minggu ke depan menunjukkan bahwa kita dapat menembus 100 juta kursi seminggu pada pertengahan Juli, dan tidak ada yang akan mengharapkan tingkat pemulihan dalam waktu sesingkat itu; seluruh industri penerbangan melakukan pekerjaan luar biasa untuk menghadapi tantangan sehari-hari yang dihadapi,” lanjutnya.
Sayangnya, hasrat penumpang untuk bepergian yang sedang memuncak tidak dibarengi dengan dukungan dari faktor eksternal.
Di Inggris, misalnya, lonjakan penumpang justru disambut dengan kekurangan staf bandara maupun maskapai. Akibatnya, terjadi pembatalan penerbangan besar-besaran lantaran petugas tak mampu menangani penumpang.
Baca juga: Uni Eropa Cabut Mandat Penggunaan Masker di Bandara dan di Dalam Penerbangan
Di dunia pada umumnya, perang Ukraina dan Rusia telah membuat rantai pasokan minyak dunia terganggu. Rusia yang memegang 10 persen produksi minyak global diembargo oleh Barat dan ini pada akhirnya hanya membuat harga Avtur naik signifikan. Dampaknya, harga tiket pesawat pun juga melonjak drastis.
Belum lagi kebijakan Covid-19 yang masih diterapkan di beberapa negara. Kombinasi semua itu pada akhirnya menjadi penghalang terus melonjaknya pertumbuhan penumpang sampai di angka pra pandemi.