Airbus dikabarkan bakal meningkatkan kapasitas produksi pesawat A320, dari sebelumnya 60 menjadi 63 unit per bulan, di 2021 mendatang. Selain untuk melampaui produk sejenis dari Boeing dan capaian di tahun 2019, peningkatan kapasitas produksi itu juga didorong oleh prediksi kebutuhan pesawat twinjet narrowbody baru oleh maskapai yang mencapai 32.270 unit di tahun 2040.
Baca juga: Meski Boeing Keok, Airbus Belum Bisa Salip Boeing dalam Urusan Produksi Pesawat
Sebagaimana Boeing, Airbus juga tentu saja terdampak pandemi virus Corona. Alih-alih melampaui target produksi di 2019, produsen pesawat asal Eropa itu justru malah menurunkan kapasitas produksi sejak April menjadi 40 unit per bulan.
Meski kapasitas produksi diturunkan, Airbus mengklaim pihaknya tetap bisa mencapai target produksi di tengah pandemi Covid-19, sebesar 556 pesawat, dimana 446 di antaranya twinjet narrowbody atau lorong tunggal.
Walaupun hanya naik tiga unit dari kapasitas produksi tahun 2019, persiapannya tentu tak main-main. Airbus bahkan, seperti laporan Simpel Flying, dikabarkan sampai membangun gudang besar seluas 4,5 hektar di Hamburg, Jerman. Gudang yang dijadwalkan dibuka pada Juli 2021 itu nantinya akan diplot untuk mengontrol logistik dan rantai pasokan bahan baku agar lebih siap.
Disamping itu, gudang di Hamburg ini juga akan mengontrol suku cadang secara mandiri untuk komponen-komponen kabin A320.
Selain itu, Airbus harus memperhatikan rantai pasokan mulai dari hulu hingga hilir; yang notabene banyak melibatkan pihak lain, seperti penyediaan bahan baku, kapasitas produksi, pengiriman bahan baku, mulai dari bahan mentah, setengah jadi, hingga barang jadi ke mitra kerja Airbus, baik internal maupun eksternal, yang tersebar di 11 negara, seperti Wales, Spanyol, Perancis, Jerman, hingga Cina.
Sejak tahun 2019 lalu, kepala eksekutif Airbus, Guillaume Faury, sudah bertekad untuk meningkatkan kapasitas produksi jet lorong tunggal. Ia juga mengakui bahwa perusahaan yang dipimpinnya itu masih tertinggal dibanding Boeing dalam urusan produksi pesawat, sekalipun dalam urusan pesanan pesawat sudah mengungguli produsen pesawat asal Negeri Paman Sam itu.
“Ini mungkin terlihat seperti sebuah paradoks, tetapi dalam jangka pendek, kami tidak mendapatkan manfaat dari situasi dengan pesaing kami,” kata Faury, dalam pidatonya dalam sebuah konferensi pers terkait laporan keuangan perusahaan pada 2019 lalu, di Kota Toulouse, Perancis.
Oleh karenanya, selain peningkatan produksi di tahun 2021, pihaknya berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi jet lorong tunggal terlaris sekaligus alternatif pelarian dari 737 MAX, menjadi sekitar 67 unit sebulan di tahun 2023 sekalipun mendapat protes keras dari para pemasok karena satu dan lain hal.
Baca juga: Miris, Boeing dan Airbus Hanya Jual Satu Pesawat di Bulan Juni
Terlepas dari itu, yang jelas, di 2040 mendatang, maskapai di seluruh dunia memang diprediksi membutuhkan pesawat narrowbody sebanyak 32.270 unit dan itu momentum itu harus dimanfaatkan oleh produsen pesawat jika ingin mencetak keuntungan besar.
“Operator diproyeksikan membutuhkan 32.270 pesawat baru dalam 20 tahun ke depan. Permintaan lorong tunggal akan pulih lebih cepat karena peran utamanya dalam rute jarak pendek dan pasar domestik serta preferensi penumpang untuk layanan point to point,” tulis Boeing, dalam sebuah laporan di Oktober tahun lalu.