Saham milik flag carrier Hong Kong, Cathay Pacific dikabarkan terus mengalami penurunan. Pada pertengahan Desember tahun 2019 saja, saham maskapai ini kembali mengalami penurunan sebesar 1,6 persen. Walaupun perusahaan sempat mencatat peningkatan nilai saham sebanyak 0,2 persen, namun agaknya pihak Cathay Pacific akan tetap memangkas rute penerbangan pada tahun 2020 mendatang jikalau aksi massa yang menentang RUU Ekstradisi masih berkecamuk.
Baca Juga: Singapore Airlines, Cathay dan Qantas Mengaku Terdampak Kerusuhan di Hong Kong
Ya, tidak bisa dipungkiri, aksi massa ini memang membawa dampak besar terhadap Hong Kong – terutama pada sektor ekonomi. Dilihat dari sudut pandang transportasi, sejumlah maskapai tercatat sempat mengalami penurunan jumlah penumpang menuju Hong Kong, sebut saja Singapore Airlines, Qantas, hingga Garuda Indonesia.
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman cnn.com (18/12), pihak Cathay Pacific mengatakan bahwa lalu lintas penumpang yang masuk ke Hong Kong mengalami penurunan hingga 46 persen ketimbang bulan November tahun lalu. Lain ceritanya dengan anak perusahaan mereka, Cathay Dragon yang juga mengaku mengalami penurunan jumlah penumpang sebanyak sembilan persen pada November 2019 ketimbang bulan yang sama pada tahun 2018 kemarin.
“Bulan November memang menjadi bulan paling menantang bagi Cathay Pacific dan Hong Kong, mengingat masih minimnya permintaan penumpang,”ujar salah seorang pejabat komersial Cathay Pacific, Ronald Lam.
Berkaca pada hal ini, akhirnya perusahaan berencana untuk memangkas kapasitas bangku mereka sebesar 1,4 persen pada tahun depan, dan membalikkan rencana awal untuk meningkatkan kapasitas sebesar 3,1 persen.
“Ini kali pertamanya terjadi setelah sekian lama,” sambung Ronald.
Baca Juga: Kisruh Tak Kunjung Reda, Bandara Hong Kong Kehilangan 16,2 Persen Penumpang
Ya, tahun 2019 ini memang bukan tahun yang mudah bagi Cathay Pacific, mengingat sejumlah gejolak terjadi dan berdampak buruk pada perusahaan. Berakar dari masalah RUU Ekstradisi, maskapai ini terus mengalami penurunan dari segi finansial – baik dari revenue maupun saham. Belum lagi mundurnya CEO dari maskapai tersebut, membuat kondisi perusahaan menjadi terombang ambing di ambang ‘kehancuran’.
Beruntung, laman sumber menyebutkan bahwa saham Cathay Pacific kini berangsung memulih setelah pada April 2019 lalu sempat menukik tajam sebesar 20 persen.