Selain dari kendaraan yang mengunakan bahan bakar fosil, salah satu penyumbang emisi karbon terbesar adalah dari pesawat terbang. Tak ayal jika belakangan ini ada banyak perusahaan yang bergerak di sektor aviasi yang mulai merancang pesawat bebas emisi karbon yang bertenagakan energi listrik. Tapi, seberapa efektifkan kehadiran pesawat semacam ini dalam upayanya untuk menekan tingginya angka pencemaran udara?
Baca Juga: Tahun 2020, Dipercaya 14.419 Pesawat Komersial Gunakan Akses WiFi di Kabin
Sebelum membahas pertanyaan di atas secara rinci, sebuah startup yang bernama Israel Eviation merupakan salah satu perusahaan yang turut meramaikan bisnis pesawat bertenaga listrik ini. Dengan produk andalannya yang bernama Alice, mereka dengan bangga memamerkan prototipe dari pesawat yang mampu menampung sembilan penumpang ini pada pagelaran Paris Air Show yang diadakan bulan Juni kemarin. Menyandang predikat sebagai calon moda transportasi masa depan, Alice pun cukup banyak menyedot perhatian para pengunjung.
Tidak main-main, Alice dari Israel Eviation yang digerakkan dengan menggunakan energi listrik yang tersimpan di dalam baterai ini mampu merengkuh jarak maksimal hingga 1.000km dengan kecepatan jelajah mencapai 240 knot atau setara dengan 445 km/jam.
Mari mulai berandai-andai, “Apabila moda seperti memang dapat dijadikan contoh kendaraan masa depan, maka bukan tidak mungkin apabila pesawat semacam Alice inilah yang kelak akan menguasai angkasa dan meruntuhkan kedigdayaan yang selama ini dipegang oleh dua produsen pesawat raksasa di jagad aviasi global, Boeing dan Airbus,”
Mengapa hadirnya pesawat bertenaga listrik ini dikatakan dapat meruntuhkan kejayaan dari Airbus dan Boeing yang selama ini masih menggunakan bahan bakar fosil – walaupun beberapa maskapai yang menggunakan produk mereka mulai melakukan pencampuran bahan bakar agar bisa menekan angka emisinya. Jawabannya karena moda berbasis tenaga listrik ini lebih ramah lingkungan. Bukankah selama ini para pemain di sektor transportasi selalu menekankan perjalanan yang ramah lingkungan? Maka moda berbasis listrik inilah jawabannya.
“Kami percaya bahwa elektrifikasi dan praktik bisnis yang berkelanjutan adalah jalan masa depan, saat ini teknologi belum memenuhi tuntutan industri penerbangan dan pariwisata dunia saat ini,” ujar Presiden Harbour Air, Randy Wright yang seolah mengisyaratkan bahwa masa depan tranportasi dunia akan bertumpu pada energi listrik – demi mewujudkan perjalanan yang ramah lingkungan.
Baca Juga: Setengah Mobil Setengah Pesawat, AeroMobil 4.0 Siap Mengudara di 2020
Selain ramah lingkungan, pemanfaatan tenaga listrik pada sektor moda udara juga dinilai sangat efisien karena secara signifikan dapat menurunkan biaya pengoperasian (tidak membutuhkan avtur yang selama ini menjadi salah satu penyebab mahalnya harga tiket pesawat). Pun dengan biaya perawatan yang lebih rendah karena motor dan drivetrain yang tidaklah serumit pesawat komersial.
Berlandaskan pada pemberitaan yang sebelumnya sudah banyak membahas soal moda berbasis tenaga listrik ini, tahun 2020 menjadi salah satu tahun yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak pihak, karena ada banyak moda udara berbasis tenaga listrik yang akan diperkenalkan kepada publik.