Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr. Mahathir Mohamad di sela acara KTT Asia Pasifik ke-33 pada Selasa (25/6) membuat pernyataan yang mengejutkan publik internasional, pasalnya Pemerintah Malaysia telah bersedia untuk menjual maskapai Malaysia Airlines (MAS) apabila ada yang ingin membeli maskapai nasional tersebut. Mahatir hanya mensyaratkan agar nantinya nama maskapai tidak diganti walaupun telah berpindah tangan.
Baca juga: Ekspansi Bisnis Besar-Besaran, AirAsia Berencana untuk Ganti Slogan!
Pernyataan Mahathir tentu mempunyai dasar, seperti kinerja keuangan MAS yang terus memburuk dalam beberapa tahun belakangan. Meski menawarkan MAS ke investor asing, Ia mengatakan Pemerintah Malaysia sangat berhati-hati dalam mengambil langkah untuk “membangkitkan kembali” Malaysia Airlines. “Kami telah melakukan sejumlah perubahan pada MAS, dan setiap kali kami membuat perubahan, selalu saja gagal, jadi kali ini kami harus sedikit lebih berhati-hati dalam mengambil langkah guna membangkitkan kembali MAS,” tambahnya.
Tak berselang lama setelah pernyataan dari Mahathir Mohamad, penulis dan politisi senior Malaysia, Abdul Kadir Jasin mengutarakan gagasan bahwa AirAsia adalah pihak yang dinilai mampu menyelamatkan MAS. Seperti dikutip dari freemalaysiatoday.com (30/6), Jasin beranggapan maskapai raksasa berbiaya rendah asal Malaysia, AirAsia dipandang sebagai operator maskapai penerbangan yang sukses dengan kemampuan untuk menyelamatkan MAS dari “kematian.” Jasin menunjukkan bahwa AirAsia sudah memiliki satu elemen yang mirip dengan Malaysia Airlines, yaitu pada layanan penerbangan jarak jauh dengan AirAsia X.
“Mereka (AirAsia X) sudah melayani penerbangan jarak jauh ke Jeddah dan banyak tempat lain seperti ke Jepang, Korea Selatan, Cina dan Australia, sehingga mereka punya pengalaman serupa dengan yang dijalani MAS saat ini,” ujar Kadir Jasin. Tentu akan berbeda dari aspek struktur harga, karena MAS aalah full servcice, sementara AirAsia adalah low cost carrrier. Tetapi apakah mereka dapat mengambil MAS dan mengubahnya menjadi AirAsia, atau menjadikan Malaysia Airlines tetap sebagai maskapai penerbangan tarif penuh, tentu semua berpulang kepada keputusan AirAsia.
Bila kelak AirAsia jadi membeli MAS, maka beberapa pengamat mengkhawatirkan akan terjadi duopoli layanan penerbangan Malaysia, dimana kompetitor besar lainnya adalah Malindio Airwyas (Lion Air Group).
Lantas bagaimana dengan tanggapan boss AirAsia atas ‘tawaran’ di atas? Sayangnya Chief Executive Officer (CEO) AirAsia Tony Fernandes sebelumnya sudah menyebutkan tidak punya rencana membeli MAS, Tony disebut-sebut lebih suka mengubah wajah AirAsia sebagai perusahaan yang unggul dalam bidang informasi dan teknologi.
Seperti diketahui, AirAsia telah membangun situs web dan aplikasi travel dan lifestyle, layanan keuangan, dan operasi logistik. Tony Fernandes juga menyebut AirAsia telah didekati oleh sejumlah perusahaan asing yang tertarik untuk bermitra dengannya dan memanfaatkan database besar milik perusahaan yang mencapai 100 juta penumpang per tahun.
Pengamat penerbangan Malaysia, Shukor Yusof berpendapat, kemungkinan Fernandes tidak akan mengambil alih MAS saat ini. “Seperti yang dikatakan Tony Fernandes kepada pubkik, proyeknya sudah ‘penuh’ pada tahap ini, saya tidak melihat alasan bagi AirAsia untuk mengambil alih Malaysia Airlines,” kata Shukor.
MAS telah mengakami kerugian lebih dari 2,4 miliar ringgit antara 2015 dan 2017, padahal MAS telah mendapat suntikan modal 6 miliar ringgit dari pemerintah pada tahun 2014.