Indonesia yang memiliki jalur kereta api di Pulau jawa dan Sumatera ternyata memiliki beragam jenis lokomotif. Lokomotif tersebut dari lokomotif bertenaga uap hingga ke diesel. Kali ini, KabarPenumpang.com akan membahas lokomotif uap yang akan dipindah ke Solo dan dioperasikan untuk menarik kereta wisata. Pemindahannya ke Solo sendiri atas pesanan langsung Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Sepur Kluthuk Jaladara, Kereta Uap Kuno Yang Lintasi Jalur Kota Solo
Bertipe D1410, lokomotif ini sudah pensiun tidak beroperasi lagi sejak 1975 lalu. Bahkan dipurnatugaskan sebagai monumen bersejarah di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Presiden meminta lokomotif ini dihidupkan kembali karena tak lepas dari tren wisata kereta uap yang menjadi positif sehingga perlu di tambah. Keberadaan kereta kuno itu diharapkan mampu meningkatkan minat wisatawan berkunjung ke kota tersebut. Selain itu, keberadaan sarana wisata kereta kuno diharapkan bisa menguatkan posisi Kota Solo sebagai kota heritage.
“Nantinya bakal ditaruh di Solo sebagai pendamping 1218, RI 1 minta tambahan 2 loko lagi yakni D1410 dan D52099 supaya dihidupkan kembali,” kata Koordinator Restorasi Lokomotif Uap Balai Yasa Yogyakarta, Sukaryanto yang dikutip dari tribunjogja.com (11/6/2019).
Lokomotif D52099 buatan Krupp Essen, Jerman, itu mulai digunakan pada 1952, sedangkan lokomotif D14 adalah lokomotif yang didatangkan oleh Staats Spoorwegen (SS) yang berasal dari dua pabrikan berbeda. Lokomotif D14 nomor 01-12 buatan Hanomag, Hannover, Jerman, sedangkan 13-24 buatan Werkspoor, Belanda.
Bahkan tahun pembuatannya nomor 1-12 dibuat 1921 dan 13-24 tahun 1922 silam. Sebenarnya desain lokomotif D14 cocok dioperasikan di lintas lokal dan jalur pegunungan. Dulu sempat mengular di jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur hingga ke Bandung.
Untuk saat ini lokomotif besutan Jerman tersebut yang akan kembali digunakan sebagai penarik kereta wisata itu baru selesai pembenahannya 20-25 persen dan target selesai September mendatang, karena waktu penghidupannya hanya sampai 2019.
Meski optimis selesai sesuai target, Sukaryanto mengaku hal terberat dari proses restorasi adalah pengadaan suku cadang. Ini dikarenakan pabrik lokomotif yang dibuat tahun 1890-an di Jerman tersebut sudah tidak ada.
Baca juga: Sepur Trutuk, Sejarah Jalur Kediri-Jombang
Nantinya setelah selesai, lokomotif uap ini akan segera dikirim ke Solo dan menarik rangkaian gerbong aslinya yang berada di Stasiun Purwosari, Solo. Selain itu juga diperuntukkan bagi gerbong yang saat ini digunakan kereta wisata loko uap Jaladara.