Lockdown serempak negara-negara di dunia akibat wabah virus corona atau Covid-19 membuat travelers hampir mustahil melakukan perjalanan lintas negara, apalagi lintas benua. Hal itu dikarenakan bandara-bandara hub atau transit seperti Singapura, Bangkok, Dubai, Abu Dhabi, Doha, dan Hong Kong, semuanya telah mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan bagi seluruh penerbangan.
Baca juga: ‘Berkat’ Wabah Corona, Boeing 787 Dreamliner Air Tahiti Nui Pecahkan Rekor Penerbangan Terjauh
Dikutip dari news.com.au, perjalanan dari Inggris ke Australia misalnya, atau bisa dikatakan representatif dari penerbangan Eropa dan Asia, bisa dikatakan mustahil mengingat bandara-bandara hub di atas telah menutup diri.
Singapura dilaporkan mulai tadi malam sudah menerapkan kebijakan larangan transit bagi semua travelers. Begitu juga dengan Abu Dhabi dan Dubai. Dua hub terbesar di Timur Tengah tersebut juga dilaporkan sudah menerapkan larangan transit sejak Selasa, 24 Maret pukul 00.00 waktu setempat hingga setidaknya dua pekan mendatang.
Sedangkan untuk Hong Kong, larangan transit untuk setiap penumpang baru akan dimulai pada pukul 23.59 besok atau Rabu, 25 Maret. Demikian juga dengan Bangkok. Hanya saja, Negeri Gajah Putih tersebut tidak sampai melakukan larangan transit bagi para travelers, sebagaimana di Singapura, Dubai, Hongkong, maupun Abu Dhabi. Melainkan, menerapkan kebijakan mewajibkan kepada seluruh penumpang untuk mempunyai sertifikat sehat dan bebas virus corona. Namun tetap saja hal tersebut akan sangat menyulitkan para travelers.
Praktis, dalam kondisi tersebut, peluang satu-satunya travelers hanya bisa mengandalkan penerbangan direct. Meskipun maskapai flag carrier Australia, Qantas disebut masih mengoperasikan penerbangan langsung rute Perth dan London Heathrow, namun, jika ditelusuri dari situs resmi, maskapai yang memiliki nama lengkap Queensland and Northern Territory Aerial Services tersebut justru tidak memiliki penerbangan (ke sana) sama sekali. Bahkan, Qantas dilaporkan akan menangguhkan seluruh penerbangan internasionalnya mulai pekan depan.
“Sejumlah pusat transit internasional utama bagi warga Australia ditutup atau menjadi sangat dibatasi. (Pusat transit) ini termasuk Singapura, Bangkok, Dubai, dan Hong Kong. Peraturan dapat berubah dalam waktu singkat,” tulis situs travel advice Pemerintah Australia, Smart Traveller, pagi ini di laman Facebook.
“Jika Anda memutuskan untuk pulang ke Australia, periksa rute Anda dengan hati-hati dengan maskapai Anda dan dengan membaca serta berlangganan saran perjalanan kami di Smartraveller,” tambahnya.
Baca juga: Pangkas 96 Persen Kapasitas Penerbangan, Singapore Airlines Diambang Kebangkrutan?
Dengan berbagai kebijakan larangan tersebut, sangat mungkin saat ini maskapai benar-benar dalam kondisi tertekan. Khususnya maskapai besar dengan reputasi tinggi yang selama ini mengandalkan rute-rute internasional sebagai sumber pemasukan utama perusahaan, salah satunya seperti Singapore Airlines. Hal itu setidaknya terbukti dari pemangkasan kapasitas penerbangan mencapai 96 persen hingga akhir April mendatang.
Sebelumnya, sebagaimana rilis yang diterima redaksi KabarPenumpang.com, SIA memutuskan untuk memangkas kapasitas penerbangan mencapai 96 persen akibat sepinya permintaan. Tak hanya itu, SIA bersama dengan dua anak perusahaannya, SilkAir dan Scoot, juga akan menggrounded 185 pesawat dari total 196, termasuk di dalamnya pesawa terbesar di dunia, Airbus A380 dan Boeing 787 Dreamliner. Di samping gitu, flag carrier Singapura tersebut juga akan melakukan berbagai langkah efisiensi lainnya, seperti menunda pengiriman pesawat dan memotong gaji karyawan guna menekan tingginya pengeluaran.