Flag carrier Perancis, Air France dikabarkan mulai menyudahi tugas dari pesawat penumpang terbesar Airbus A380. Alih-alih memberhentikan ke-10 unit A380 yang tergabung di dalam tubuh maskapai secara berbarengan, pihak Air France lebih memilih untuk melakukan proses ini secara perlahan – adalah A380-800 kedua milik perusahaan yang kena giliran pertama untuk purna tugas dari maskapai yang tergabung ke dalam aliansi penerbangan SkyTeam ini.
Baca Juga: Stop Produksi di Awal 2019, Kapan Airbus A380 Pensiun Sepenuhnya?
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman samchui.com (24/11), adalah Airbus A380 dengan nomor registrasi F-HPJB yang menjalani penerbangan terakhirnya dari Paris menuju Malta International Airport (MLA) pada hari Minggu (24/11) kemarin. Air France AF370V, menjadi pesawat yang mengawali masa pensiun dari Airbus A380 dari tubuh Air France yang dijadwalkan akan sepenuhnya berhenti menggunakan moda ini sebelum tahun 2022 mendatang. Pada penerbangan terakhirnya, pesawat ini mengudara dengan durasi penerbangan sekitar dua jam 17 menit.
Menurut pihak perusahaan, setibanya pesawat di Malta, keseluruhan body dari F-HPJB akan dicat ulang dengan warna putih di Aviation Cosmetics Malta, sebelum pada akhirnya dikembalikan ke pihak penyewa, Dr. Peters Group.
Diketahui, F-HPJB merupakan unit Airbus A380 kedua yang bergabung ke dalam tubuh perusahaan pada Februari 2010 silam. Menurut pihak Air France, biaya pengoperasian dari Airbus A380 dinilai tidak lagi bisa menyeimbangkan keuntungan dari yang didapatnya.
Baca Juga: Tak Kunjung Balik Modal, Tepatkah Airbus Hentikan Program A380?
“Lingkungan kompetitif saat ini membatasi pasar di mana A380 dapat beroperasi secara menguntungkan,” tulis Air France dalam siaran pers.
Tidak seperti seperti Lufthansa, Singapuro Airlines, Qantas, China Southern Airlines, dan Emirates yang juga mengoperasikan Airbus A380, Air France tidaklah mendapatkan keuntungan dari burung besi ini. Besar kemungkinan load factor dari A380 milik air France ini tidaklah setinggi maskapai tersebut di atas, sedangkan biaya operasionalnya tergolong tinggi. Jadi, wajar adanya jika pihak maskapai tidak mendapatkan keuntungan maksimal.