Cina mengumumkan telah memperpanjang hari libur nasional untuk Tahun Baru Imlek hingga hari Minggu mendatang. Tak lama berselang, negeri Tirai Bambu juga akan mengisolasi lebih banyak kota ketika jumlah korban tewas akibat virus corona meningkat menjadi 81 orang. Mayoritas korban tewas tersebut berasal dari kalangan lanjut usia yang sebelumnya memang memiliki riwayat penyakit, khususnya pernapasan.
Baca juga: Tetap Ingin Bepergian di Tengah Ancaman Virus Corona? Berikut Tips dan Ulasannya
Kota Wuhan sendiri, dimana wabah mematikan tersebut bermula, hingga kini masih tertutup rapat bagi siapapun yang ingin keluar masuk, dengan semua bandara, stasiun kereta api, dan bus bak mati suri. Tak hanya Wuhan, kota-kota lainnya di seluruh Provinsi Hubei dan beberapa kota-kota lainnya juga sudah diisolasi.
Akibat diperpanjangnya hari libur nasional, Wuhan, dan juga kota-kota lainnya otomatis masih akan menjadi layaknya ‘kota mati’. Seperti video yang banyak beredar di media sosial, sejak kota yang menjadi pusat transportasi dan manufaktur di Cina tersebut diisolasi, di sudut-sudut kota, jalanan tampak lengang dan hampir tak ada manusia yang beraktivitas. Seakan-akan, kota tersebut seperti ditinggal warganya, yang mengingatkan kita pada ‘kota mati’ lainnya, salah satunya Chernobyl di Ukraina. Bedanya, jika Chernobyl menjadi ‘kota mati’ akibat radiasi nuklir, Wuhan diakibatkan oleh virus corona.
Berbeda dengan Wuhan, di Shanghai, masa libur nasional bahkan diperpanjang hingga tanggal 10 Februari mendatang. Sejalan dengan hal itu, perusahaan-perusahaan di kota berjuluk seribu cahaya itu pun menginstruksikan karyawannya untuk bekerja dari rumah, guna meminimalisir aktivitas di luar rumah.
Menurut spesialis risiko perjalanan dari Copenhagen, Denmark, Riskline, seperti dikutip dari buyingbusinesstravel.com, Selasa (28/1), isolasi yang dilakukan tentu saja telah berdampak besar pada aktivitas perjalanan udara, kereta api, dan transportasi umum lainnya.
Sementara itu, di saat yang bersamaan, rumah sakit di China justru terus-menerus berada dalam tekanan hebat, khususnya di Provinsi Hubei, di mana antrean panjang terduga suspect virus corona belum juga terurai.
https://twitter.com/i/status/1221423180134350848
Dalam video yang juga beredar di media sosial, tekanan hebat para pekerja medis di China, terlebih setelah salah satu dokter yang menangani pasien virus corona tewas, membuat beberapa di antara mereka mengalami stres hebat. Bahkan di beberapa kasus, terdapat pekerja medis yang teriak histeris akibat tak kuasa melihat banyaknya pasien.
Baca juga: Kereta Terakhir Selamatkan Wisatawan Asal Singapura dari Isolasi Coronavirus di Wuhan
Namun, jika bepergian ke Cina mutlak diperlukan, Riskline menghimbau agar para pelancong wajib mengikuti arahan dari perwakilan konsuler dan otoritas kesehatan setempat. Selain itu, mereka juga harus meminta perlindungan kepada biro perjalanan dan perwakilan konsuler untuk memastikan keamanan mereka. Termasuk, bila sewaktu-waktu kota-kota yang dikunjungi para pelancong akan diisolasi, mereka harus membawa para pelancong keluar sesegera mungkin.
Dalam menekan risiko tertular virus, pelancong juga harus melakukan tindakan preventif, seperti menjaga kesehatan, mencuci tangan setiap beraktivitas, khususnya dari luar rumah, hingga menggunakan masker yang direkomendasikan. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, seperti demam, diare, sesak napas dan batuk, pelancong harus sesegera mungkin berkonsulitasi dengan petugas medis.