Walaupun ukurannya belum bisa mengalahkan Antonov an-225 Mriya, namun untuk kelas pesawat penumpang Airbus A380 adalah jawaranya. Hingga saat ini, pesawat wide-body yang mampu melesat hingga kecepatan maksimum 1.020 km per jam masih didaulat sebagai pesawat penumpang terbesar di dunia, mengalahkan rival bebuyutannya, Boeing dengan B787 Dreamliner.
Baca Juga: Efisiensi Biaya Operasional Jadi Alasan Utama Anjloknya Permintaan Terhadap Airbus A380
Walaupun permintaan akan pesawat yang menggunakan empat mesin jet ini perlahan mulai surut, tapi pernahkah terlintas oleh Anda bagaimana merakit pesawat raksasa seperti A380 ini?
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman cnn.com (24/1/2018), komponen pesawat raksasa ini tidak berasal dari satu tempat saja, melainkan dari berbagai negara di dunia, walaupun Final Assembly Line (FAL) pesawat double deck ini dilakukan di pabrik Jean-Luc Lagardere, Toulouse, Perancis.
Sayap megajet ini dibuat di Broughton, Wales; Bagian badan pesawat (Fuselage Section) berasal dari Hamburg, Jerman dan Saint-Nazaire, Perancis; Horizontal Tail Plane dibuat di Cadiz, Spanyol; Dan Vertical Tail Fin juga diproduksi di Hamburg.
Setelah semua bagian selesai dibuat dan siap disatukan, partikel-partikel tersebut akan dikirimkan melalui tiga jalur, darat, laut, dan udara. Untuk menghindari kecurangan dan kerusakan yang terjadi selama masa pengiriman, proses loading menuju pabrik di Jean-Luc Lagardere diawasi dengan sangat ketat oleh Arnaud Cazeneuve, Oversize Surface Transportation Manager untuk Airbus.
Dari mulai komponen terkecil seperti baut, hingga bangku pesawat dan mesin, diperkirakan Airbus A380 terdiri dari empat juta komponen yang diproduksi oleh 1.500 perusahaan dari 30 negara di seluruh dunia. “Menurut saya, satu keseluruhan Airbus A380 terdiri dari enam komponen. Tiga bagian fuselage, dua bagian sayap, dan satu bagian Horizontal Tail Plane,” ungkap Arnaud.
Seperti yang sudah disinggung di atas, kebanyakan pengiriman partikel yang sudah siap dirakit menempuh jalur laut dengan menggunakan kapal ferri ro-ro. Enam partikel utama A380 yang berasal dari Wales, Jerman, Prancis, Italia dan Spanyol akan dibawa menggunakan kapal ferry, sedangkan sisanya (Vertical Tail Fin) akan dibawa menggunakan Air Beluga (armada angkut milik Airbus) via jalur udara.
Ketika perjalanan via jalur laut tiba di Pauillac, salah satu kota yang masuk ke dalam teritorial Perancis, petualangan komponen-komponen A380 belumlah berakhir. Mereka masih harus menempuh jarak sekitar 240 kilometer menuju tempat perakitan di Toulouse. Menempuh perjalanan selama dua hari dua malam, jalurnya pun sebelumnya sudah dimodifikasi terlebih dahulu.
Adalah jalan Itinéraire à Grand Gabarit, jalan yang dimodifikasi oleh Airbus dimana manufaktur pesawat tersebut menghabiskan dana sekitar US$205 juta atau yang setara dengan Rp2,7 triliun. Jalan tersebut sudah dilebarkan, pembatas jalannya dihilangkan sehingga memudahkan perjalanan moda pengangkut komponen raksasa dari A380.
Agar tidak mengganggu perjalanan moda lain, konvoi pengangkut bagian A380 selalu dilakukan pada malam hari. Disamping itu juga, pertimbangan lain mengapa perjalanan dilakukan pada malam hari adalah untuk meminimalisir hambatan selama perjalanan.
Alih-alih menggunakan jalur bypass, konvoi pengangkut partikel A380 ini malah melewati daerah pusat kota, dan tidak sedikit warga yang menikmati ‘pertunjukan’ konvoi tersebut. Setibanya di pabrik Jean-Luc Lagardere, barulah perakitan ‘si raksasa dunia penerbangan’ dimulai.