Maskapai penerbangan sering kali terjebak antara keinginan untuk mengurangi emisi tetapi juga meningkatkan laba. Namun kedua keharusan yang berbeda ini sebenarnya bisa berjalan selaras. Mengurangi emisi karbon berarti membakar lebih sedikit bahan bakar dan menghabiskan lebih sedikit uang untuk membeli bahan bakar.
Dan itu sebabnya maskapai asal Jerman, Lufthansa meniru trik dari ‘dunia hewan’, yakni dengan menerapkan lapisan khusus yang menyerupai kulit hiu (sharkskin) ke bagian-bagian pada pesawat.
Dalam hal dekarbonisasi, mengurangi emisi perjalanan udara merupakan prioritas tinggi sekaligus tugas yang sulit. Secara global, lalu lintas udara menyumbang sekitar 2,5 persen emisi karbon, tetapi karena emisi tersebut dipancarkan di ketinggian, penelitian telah menemukan bahwa efek pemanasan mungkin hampir dua kali lebih besar.
Masalahnya adalah sangat sulit untuk menyaingi kepadatan energi volumetrik bahan bakar jet, yang mengandung hampir 50 kali lebih banyak megajoule per liter daripada alternatif seperti hidrogen, etanol, atau baterai lithium-ion. Hal itu tidak menjadi masalah bagi transportasi darat atau laut, di mana berat dan volume tidak terlalu penting, tetapi hal itu menjadi kendala nyata untuk mengganti pesawat jet ke sumber bahan bakar yang berbeda.
Bahan bakar karbon sintetis jelas sangat diminati oleh sektor penerbangan, tetapi bahan bakar ini memiliki masalah tersendir, yaitu biofuel dapat mengalihkan lahan pertanian dari penyediaan makanan bagi manusia, dan penangkapan karbon dioksida secara langsung melalui udara untuk mengubahnya menjadi metana (dan kemudian bahan bakar hidrokarbon yang lebih kompleks) membutuhkan banyak energi dan sangat mahal, mungkin menghabiskan biaya lima kali lipat dari minyak yang diekstraksi dari bawah tanah.
Untuk itu, Lufthansa rencananya akan memasang empat pesawat Boeing 777-200ER (yang dioperasikan oleh Austrian Airlines) dengan teknologi kulit hiu, bergabung dengan 17 badan pesawat lainnya (Boeing 747-400 Lufthansa, 12 Boeing 777-200ER Swiss, dan empat Boeing 777F Lufthansa Cargo), yang sudah menggunakan lapisan film tersebut.
Hampir 9.000 kaki persegi (830 m2) permukaan pesawat—di sepanjang badan pesawat dan juga nacelle mesin—akan ditutupi dengan lembaran film AeroSHARK, yang meniru sisik pada kulit hiu asli dengan pita setebal 50 mikron yang mengurangi gesekan dengan meminimalkan lapisan batas turbulen.
Pada hiu, dihitung bahwa ini setara dengan sekitar 10 persen pengurangan hambatan dibandingkan kulit halus, dan penggunaan pendekatan ini telah membantu perenang Olimpiade berenang di air dengan lebih mudah. Namun, itu berlaku untuk berenang di air; dampaknya pada pesawat yang terbang di udara lebih kecil, tetapi seharusnya tetap menghemat bahan bakar sekitar 1 persen per penerbangan.
“Kami menganggap serius tanggung jawab ini dan mengambil setiap langkah yang memungkinkan untuk mengurangi emisi CO2 dalam operasi penerbangan kami. Pada satu persen, potensi efisiensi kulit hiu mungkin tidak terdengar banyak, tetapi secara total akan menghemat ribuan ton CO2 per tahun pada penerbangan jarak jauh,” kata COO Austrian Airlines Francesco Sciortino.
Ia menambahkan, “meskipun Boeing 777-200ER kami sudah memasuki tahun-tahun terakhir masa pakainya, kami memanfaatkan investasi ini untuk selangkah lebih dekat dengan target pengurangan CO₂.
Kurangi Emisi Karbon, Japan Airlines dan Sumitomo Tawarkan Sewa Pakaian Bagi Turis Asing