Apa yang terlintas di benak Anda jika mendengar pesawat jatuh? Mungkin yang pertama yang terlintas di pikiran Anda adalah seputar kecelakaan tersebut, seperti berapa korban yang jatuh, dimana lokasi pesawat itu jatuh, dan lain sebagainya. Namun sudut pandang berbeda dilancarkan oleh seorang pilot yang akhirnya mengubah bangkai pesawat tersebut menjadi sebuah museum.
Baca Juga: Ada Sosok Boeing 737 Misterius di Bali, Kini Jadi Obyek Foto Favorit Para Pelancong
Dihimpun KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, pilot yang disinyalir bernama Bed Upreti tersebut merombak pesawat Airbus A330 milik Turkish Airlines yang mengudara dari Istanbul dan tergelincir saat hendak landing di Kathmandu pada 4 Maret 2015 silam. Walaupun nyawa dari 227 penumpang beserta 11 awak pesawat tersebut selamat, namun jalur internasional di bandara tersebut terpaksa ditutup selama empat hari karena petugas berusaha untuk memindahkan badan pesawat nahas tersebut.
Sayangnya, baik pihak bandara maupun Turkish Airlines tidak ada yang menindaklanjuti insiden tersebut hingga bangkai pesawat terbengkalai begitu saja di salah satu sudut bandara. Berangkat dari situ, Bed Upreti lalu berinisiatif untuk membuka sebuah museum dengan menggunakan bangkai pesawat Airbus A330 milik Turkish Airlines yang sudah tidak terpakai itu, dengan mahar USD$600,000 atau setara dengan Rp8,1 miliar.
Bed Upreti mengungkapkan kesulitannya memindahkan Airbus A330. Sebelumnya, ia pernah memindahkan sebuah Fokker 100 dari Nepal ke Dhangadi yang jaraknya sekitar 500km di sebelah barat Nepal. Perlu diketahui, ukuran Fokker 100 mungkin hanyalah setengah dari Airbus A330. “Mengangkut pesawat (Fokker 100) melintasi distrik jauh lebih mudah daripada memindahkan Airbus yang jaraknya hanya beberapa meter saja dari bandara,” ungkap Bed Upreti.
Bed Upreti membutuhkan sekitar enam minggu untuk memotong Airbus A330 tersebut menjadi 10 bagian, sebelum akhirnya pesawat tersebut dipindahkan menuju ‘rumah barunya’, yang berjarak hanya 500 meter dari bandara. Proses pengerjaannya yang lama dikarenakan Bed Upreti bersama timnya hanya bekerja ketika malam hari, dimana bandara tersebut sudah tidak beroperasi. Dan ia mengaku membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk menyatukan kembali 10 bagian pesawat yang sudah dimutilasi tersebut.
Ketika sudah rampung, rencananya kelas bisnis akan menampilkan model pesawat pertama yang mengudara buatan Wright Brothers, dan pada bagian ekornya akan ada sebuah kafe. Tidak hanya itu, Pesawat bercat putih betuliskan Aviation Museum tersebut juga akan menampilkan lebih dari 150 display mini yang akan memetakan sejarah penerbangan serta asal muasal industri penerbangan di Nepal.
Baca Juga: Pensiun dari Dunia Aviasi, Boeing 747 Disulap Jadi Restoran Mewah
Dibalik idenya untuk membangun museum, Bed Upreti berharap pembukaan museum tersebut akan mengilhami anak muda untuk lebih tertarik di dunia aviasi dan terinspirasi untuk mengambil bagian di dalamnya, entah menjadi seorang pilot, kru darat, hingga awak kabin. Untuk memaksimalkan daya tampung dari Aviation Museum tersebut, Bed Upreti mengeluarkan semua partikel yang berada di lambung pesawat Airbus A330 dan menata kembali sedemikian rupa.