Korean Air benar-benar memanfaatkan perkembangan teknologi sebaik mungkin. Maskapai nasional Korea Selatan itu sudah sejak beberapa waktu belakangan ini memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau AI untuk mendukung operasional penerbangan di rute tersibuk di dunia, antara Gimpo-Jeju.
Baca juga: Kerahkan Kawanan Drone, Korean Air Pangkas Waktu Inspeksi Pesawat Sampai 60 Persen
Teknologi AI dan machine learning saat ini digunakan hampir di seluruh lini bisnis perusahaan, mulai dari tarif tiket, schedule, rute, memantau sisa makanan, sampai penggunaan bahan bakar. Setiap tindakan, kebijakan, dan prosedur dari semua departemen juga terpautau secara real time dengan cloud computing.
Ada banyak contoh dimana Korean Air memanfaatkan cloud computing atau teknologi AI dengan sangat maksimal. Salah satunya di rute antara Banara International Gimpo dan Bandara International Jeju.
Setiap tahunnya, ada sekitar 15 juta pengunjung tiba di Pulau Jeju. Tahun lalu, setidaknya ada 85.880 penerbangan Korean Air antara kedua bandara tersebut. Angka ini setara dengan sekitar 235 penerbangan sehari.
Dalam kondisi normal (di luar pandemi Corona) penerbangan yang hanya berjarak 450 km ini memberangkatkan pesawat sekitar 10 menit sekali ke dan dari Jeju-Seoul. Dengan catatan tersebut, rute ini juga menjadi rute domestik yang paling kompetitif ke-10 dalam hal jumlah maskapai penerbangan yang beroperasi.
Baik dalam kondisi normal (di luar pandemi Corona) maupun saat pandemi Corona, Pulau Jeju tetaplah pulau yang kerap mengalami perubahan cuaca dengan sangat cepat dan berpotensi mengganggu lalu lintas penerbangan. Angin topan bisa kapan saja datang, terlebih di musim panas.
Karenanya, maskapai harus bisa merencanakan penerbangan semaksimal mungkin, dalam artian bisa memprediksi kapan harus atau tidak membatalkan penerbangan secepat mungkin untuk menghindari ketidaknyamanan penumpang sekaligus selangkah lebih maju untuk mengatur schedule lain.
Dahulu, proses ini biasanya manual dan dilakukan oleh pekerja yang berpengalaman. Namun, itu dulu, saat ini, prosesnya sudah melibatkan teknologi kecerdasan buatan dengan akurasi mencapai 90 persen.
Baca juga: Sah, Korean Air Pensiunkan Seluruh Pesawat Airbus A380 dan Boeing 747!
“Sebelumnya, kami menggunakan spreadsheet Excel untuk memahami jika akan ada pengalihan. Gimpo-Jeju adalah rute tersibuk di dunia dan kami memiliki banyak pengalihan karena cuaca di Jeju. Ini adalah sebuah pulau, dan angin datang dari setiap sudut yang berbeda, tergantung pada perubahan iklim,” kata CMO & CIO Korean Air, Kenneth Chang, dikutip dari Simple Flying.
“Sebelumnya, ATC kami secara manual mencoba menebak apakah akan ada pengalihan pada hari tertentu, jam tertentu, atau penerbangan tertentu. Kami sekarang dapat memanfaatkan infrastruktur cloud dan teknologi AI/ML yang kami gunakan untuk data kami, dan mengeluarkan rekomendasi. Apa yang kami temukan adalah akurasinya mendekati 90 persen,” lanjutnya.