Korean Air mulai memasukkan kembali Airbus A380 ke dalam layanan. Pesawat tersebut diplot untuk penerbangan tiga jam 40 menit dari Incheon, Korea Selatan (Korsel), ke Guangzhou, Cina. Keputusan ini membuat Korean Air bergabung bersama China Southern Airlines -satu-satunya maskapai yang tak meng-grounded A380 selama pandemi Corona- serta Emirates yang sudah lebih dahulu mengoperasikan pesawat tersebut pada awal musim panas ini.
Baca juga: China Southern Jadi Maskapai Satu-satunya di Dunia yang Masih Terbangkan Airbus A380
Simple Flying melaporkan, A380 Korean Air akan mengoperasikan rute Incheon-Guangzhou sepekan sekali, berangkat pukul 08.50 waktu setempat dan kembali ke Incheon, Seoul pada 13.20, setiap hari Rabu.
Di rute ini, Korean Air tak sendiri. Jawara A380 di dunia, China Southern Airlines, juga menjajaki salah satu rute potensial di Timur Asia ini. Bahkan, satu dari tiga maskapai terbesar di Cina itu ada kemungkinan untuk mengoperasikan lebih dari satu pesawat A380.
Dari 10 armada A380 Korean Air, pesawat superjumbo dengan nomor registrasi HL7614-lah yang bakal diplot melayani rute A380 paling aktif di dunia dewasa ini. Pesawat berusia 9,6 tahun tersebut diketahui terakhir kali terbang pada 5 Maret lalu, melahap rute Paris-Seoul.
Lebih dari setengah tahun tak mengudara membuat performa pesawat sempat diragukan. Karenanya, Korean Air mulai mengujicoba kelengkapan kemanan dan keselamatan pesawat tersebut pada 28 September lalu selama kurang lebih satu dan tiga seperempat jam penerbangan.
Selama waktu tersebut, Airbus A380 Korean Air berkeliling langit Pulau Jeju menuju Busan, salah satu kota terkenal di Korsel lewat film Train to Busan, dan mendarat kembali di Incheon, Seoul. Pada penerbangan ini, rata-rata pesawat hanya menjajal ketinggian jelajah di angka 32 ribu kaki.
Keputusan Korean Air mengerahkan kembali pesawat komersial terbesar di dunia ini tentu menuai tanda tanya, mengingat penerbangan penumpang di seluruh dunia disebut masih belum sepenuhnya pulih. Hal itu bisa dilihat dengan banyaknya terobosan maskapai untuk menyikapi sepinya penerbangan, mulai dari flight to nowhere, resepsi pernikahan di pesawat, makan siang mewah di pesawat A380, hingga terjun ke bisnis akikah kambing.
Selain itu, masih lesunya penerbangan penumpang juga dapat terlihat dari adanya gelombang PHK maskapai di berbagai negara di dunia.
Dari kacamata positif, dilihat dari rute yang dijajaki, keputusan maskapai mulai menghidupkan kembali A380 menjadi sinyal kuat pulihnya industri penerbangan di Cina usai dihantam virus Corona. Setidaknya ada tiga tanda terkait hal ini.
Dikutip dari Reuters, Jumat (10/7) menurut data dari Civil Aviation Administration of China (CAAC) jumlah penumpang pada Juni ini turun 42,4 persen atau hanya 30,74 juta penumpang. Angka ini lebih baik dibandingkan bulan Mei dengan penurunan 52,6 persen.
Selain melambatnya penurunan jumlah penumpang, kerugian kuartal II menandakan pemulihan bagi industri penerbangan China. Pasalnya kerugian kuartal I mencapai 38,1 miliar yuan setara Rp78 triliun. Sederhananya, kerugian pada kuartal I yang mencapai Rp78 triliun sudah mulai berkurang menjadi hanya Rp70 triliun di kuartal II.
Terakhir, tanda industri penerbangan Cina mulai kembali pulih dapat dilihat dari banyaknya promo yang ditawarkan. Terlebih, promo tersebut juga dibarengi dengan libur panjang di Negeri Panda itu, dimana jutaan orang diprediksi bakal bepergian setelah lockdown berkepanjangan sejak Januari lalu.