Kolombo sebentar lagi akan memiliki Light rail Transit (LRT) atau kereta ringan. Proyek ini sendiri studi kelayakannya dilakukan pada November 2017 kemarin oleh perusahaan Cina Seoyoung Engineering dan menyerahkannya kepada Pemerintah Sri Lanka pada Juni 2018.
Baca juga: Semarang Ternyata Sudah Lakukan Kajian Untuk Membangun LRT
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman railway-technology.com (7/11/2018), sistem kereta api ringan ini diperkirakan menelan biaya $6 miliar yang disetujui Pemerintah Sri Lanka pada Oktober 2018. Proyek ini akan dibagi beberapa tahap dimana, tahap pertama diperkirakan menelan biaya $1,7 miliar yang akan dimulai tahun 2020 dan pengoperasiannya pada 2024 mendatang.
Proyek LRT ini akan dikembangkan dalam tujuh fase dimana fase pertama akan dibangun sepanjang 15,8 km yang terbentang antara wilayah Colombo Fort dan Malabe dan selanjutnya meluas ke wilayah Megapolis Barat. Jaringan kereta ini akan dibangun dengan ketinggian enam meter diatas tanah dan sepenuhnya dialiri listrik.
Fase pertama akan ada 16 stasiun yakni Taman TI, Malabe, Thalahena, kuil Lumbini, rumah sakit Nasional, Borella, Jalan Cotta, Rajagiriya, Welikada, Sethsiripaya, Battramulla, Palanthuna, Robert Gunawardana, Benteng Kolombo, Pusat Transportasi, dan St Joseph. Rolling stock atau rangkaian kereta ringan Kolombo akan ada empat kereta dalam satu rangkaian dan nantinya akan melaju dengan kecepatan maksimum 80 km per jam.
Kereta akan mampu menampung 800 penumpang baik berdiri atau duduk dalam empat gerbong. Gerbong kereta akan dilengkapi dengan pendingin udara, layar monitor yang akan menampilkan informasi pengumuman serta keadaan darurat kepada penumpang.
Sistem informasi penumpang onboard akan memberikan rincian tentang stasiun yang akan datang dengan membuat pengumuman melalui loudspeaker. Gerbong-gerbong kereta api akan dipasang dengan kamera pengawas keamanan untuk meningkatkan keamanan.
Pemerintah Sri Lanka akan melaksanakan proyek kereta api ringan dengan dukungan Pemerintah Jepang. Japan International Corporation Agency (JICA) telah setuju untuk menawarkan $1,7 miliar sebagai pinjaman untuk proyek atas nama Pemerintah Jepang. Jangka waktu pembayaran untuk pinjaman adalah 40 tahun dengan tenggang waktu 12 tahun.
Baca juga: Tak Kunjung ‘Dieksekusi’, Begini Nasib LRT Metro Kapsul Bandung
JICA juga menyediakan bantuan keuangan dan teknis untuk pengembangan proyek di bawah Ketentuan Khusus untuk Kemitraan Ekonomi (STEP), yang ditujukan untuk meningkatkan infrastruktur perkotaan dan fasilitas yang ada di Kolombo. Penutupan keuangan untuk tahap pertama proyek ini diantisipasi pada akhir 2018.
Proyek transit kereta ringan Colombo diharapkan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di kota Kolombo dan mendorong warga untuk menggunakan transportasi umum yang terjangkau dan lebih nyaman. Ini akan menawarkan pengalaman perjalanan bebas emisi kepada penumpang dan mengurangi jejak karbon negara.