Tak terasa, tanggal 29 Oktober mendatang menandakan satu tahun jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610. Kala itu, Lion Air menggunakan pesawat Boeing 737 MAX 8, dimana ini menjadi titik awal dari aksi grounded massal yang dilakukan oleh seluruh maskapai dunia hingga saat ini. Dalam rentang satu tahun pasca kejadian, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah melakukan sejumlah investigasi guna mencari penyebab utama jatuhnya pesawat nahas tersebut – mulai dari menganalisa Flight Data Recorder (FDR), Cockpit Voice Recorder (CVR), hingga melakukan simulasi langsung.
Baca Juga: Benarkah Boeing Gadaikan Faktor Keselamatan 737 MAX Demi Kas Perusahaan?
Dari sini, KNKT menemukan bahwa adanya kerusakan pada indikator kecepatan dan ketinggian pada pesawat berkode PK-LQP ini. Kerusakan ini sendiri pertama kali terjadi pada tanggan 26 Oktober 2018, manakala pesawat mengudara dari Tianjin Cina menuju Manado. Berdasarkan informasi yang didapatkan KabarPenumpang.com dari acara Laporan Akhir Kecelakaan Pesawat Lion Air JT610 yang dihelat KNKT pada Jumat (25/10), sejumlah perbaikan terkait kerusakan ini sudah dilakukan, dimana yang terakhir, sensor Angle of Attack (AoA) sebelah kiri pesawat diganti di Bali pada 28 Oktober 2018.
Sejak diganti, pesawat bukannya menjadi ‘sembuh’ tapi malah menjadi semakin ngaco. Hal ini tercitra dari deviasi hingga 21 derajat dari sensor AoA sebelah kiri. Sialnya, kerusakan ini tidak terdeteksi manakala pesawat melakukan uji penerbangan setelah sensor baru tersebut terpasang.
Adapun deviasi ini berdampak pada perbedaan penunjukkan ketinggian dan kecepatan antara instrumen kiri dan kanan di kokpit, dan juga mengaktifkan stick shaker serta Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) pada penerbangan dari Denpasar menuju Jakarta pada 28 Oktober.
Pada penerbangan dari Denpasar menuju Jakarta tersebut, pilot berhasil mengatasi aktifnya MCAS dengan memindahkan stab trim switch ke posisi cut out.
Namun kembali disayangkan, pilot tidak melaporkan terkait hal ini (stick shaker dan pemindahan stab trim ke posisi cut out) kepada ground crew. Hal ini semakin diperburuk dengan absennya lampu peringatan AoA Disagree, sehingga pilot tidak melaporkan kejadian tersebut.
Baca Juga: Ternyata Boeing Ketahui Masalah Sensor di 737 MAX Sebelum Lion Air Jatuh!
Namun siapa sangka, ini merupakan faktor awal dari jatuhnya Lion Air JT610. Terkait penemuan ini, KNKT mengeluarkan tiga rekomendasi keselamatan kepada Lion Air yang sekiranya dapat dilakukan guna meningkatkan keselamatan di udara, diantaranya terkait manajemen manual dan pengelolaan masalah yang berulang terjadi (dalam kasus ini adalah kerusakan indikator kecepatan dan ketinggian).
Rekomendasi lain juga turut dikeluarkan KNKT kepada Boeing (6 rekomendasi), DGCA atau Dirjen Penerbangan Sipil (3 rekomendasi), Federal Aviation Administration atau FAA (8 rekomendasi), hingga AirNav Indonesia (1 rekomendasi).