Pasca terbelit masalah RUU Ekstradisi yang menyelimuti negara, otoritas Bandara Internasional Hong Kong melaporkan bahwa mereka mengalami penurunan jumlah pelancong di bandara tersebut. Sebelum terkendala polemik RUU Ekstradisi, bandara berkode IATA HKG ini mengakomodasi lebih dari lima juta penumpang, namun setelah dirundung masalah, terjadi penurunan penumpang sebesar 16,2 persen ketimbang tahun 2018 lalu. Dapatkah ini diklasifikasikan sebagai sesuatu yang buruk bagi kawasan otonomi Cina tersebut?
Baca Juga: Singapore Airlines, Cathay dan Qantas Mengaku Terdampak Kerusuhan di Hong Kong
Seperti yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman thehindu.com (15/12), pihak otoritas Bandara Internasional Hong Kong menyebutkan bahwa presentase penurunan jumlah pelancong tersebut merupakan yang paling besar dalam satu dekade terakhir (tercatat per bulan November 2019 kemarin).
Menurutnya, angka penurunan terbesar terakhir terjadi pada bulan Juni 2009 silam, dimana angkanya merosot 18,7 persen.
Tentu saja penurunan ini membawa dampak buruk bagi Hong Kong mengingat salah satu sumber devisa terbesar dari suatu negara berasal dari sektor pariwisata. Jika pelancong yang datang ke Hong Kong saja melesu, maka sudah dapat dipastikan pendapatan negara pun berkurang.
Sektor kedirgantaraan Hong Kong juga semakin meradang manakala flag carrier mereka, Cathay Pacific pada bulan November kemarin mencatatkan penurunan load factor sebesar 7,2 persen ketimbang tahun 2018 lalu. Selain load factor, maskapai kenegaraan Hong Kong ini juga mengalami penurunan 38 persen dari segi lalu lintas penumpang masuk atau inbound passenger traffic.
Baca Juga: Diterjang Badai “RUU Ekstradisi,” Sampai Kapan Cathay Pacific dapat Bertahan?
Selain Bandara Internasional Hong Kong dan Cathay, sejumlah maskapai yang membuka rute penerbangan menuju Hong Kong pun juga turut terdampak – sebut saja Singapore Airlines, Qantas Airways, hingga flag carrier Garuda Indonesia pun sempat terdampak kerusuhan menjurus anarkis akibat RUU Ekstradisi ini.
Mengutip dari laman sumber lain, jumlah pelancong yang datang ke Hong Kong mengalami penurunan hingga 40 persen dibandingkan dengan tahun 2018 lalu. Seiring berjalan, pemesanana tiket penerbangan pun lesu 10 persen.