Ketika dapat duduk di kursi paling belakang pesawat, biasanya penumpang hanya bisa terima nasib. Selain tak bisa memundurkan kursi, bisa juga terjebak karena tiba-tiba penumpang di depan memundurkan kursi seenaknya tanpa meminta izin sehingga membuat penumpang di belakangnya tak bisa bergerak sama sekali.
Baca juga: Dilema Seat Pitch, Maskapai Tambah Untung Penumpang Merana
Baru-baru ini sebuah video viral di mana seorang penumpang pria dalam penerbangan dengan pesawat milik American Airlines harus merasakan hal tersebut. Pria tersebut duduk di kursi paling belakang dan penumpang wanita di depannya sengaja menyandarkan kursinya ke belakang.
This video has the internet legitimately divided .
Dude is in the last seat on the plane. Seat doesn’t recline.
Hers does. And she reclines.
He’s upset, and is punching her seat incessantly— so she records.
Who is right?!
Who is wrong?!See you at 7p on #FOX5LION@fox5dc pic.twitter.com/jjjTLLwvEc
— Marina Marraco (@MarinaMarraco) February 12, 2020
Pria yang kesal tersebut memukul sandaran sebagai balasannya, tapi wanita di depannya itu tidak meminta berhenti ataupun memanggil awak kabin. Bahkan seorang warganet yang memposting video tersebut dengan akun @MarinaMarraco mengatakan, bahwa kursi terakhir tidak bisa bersandar.
“Dia kesal dan meninju kursi depan tanpa henti. Siapa yang benar?! Siapa yang salah?!” tulisnya di Twitter.
Karena hal ini, CEO Delta, Ed Bastian mengatakan, yang tepat dilakukan ketika bersandar adalah bertanya bolehkan memundurkan sandaran. Bila penumpang dibelakang menyetujui mungkin tak masalah.
Tak hanya itu, karena masalah ini pun, opini terkait makin menyempitnya ruang kaki antar kursi pun makin menjadi. Bisa dikatakan hampir dua dekade terakhir ruang kaki penumpang dalam kabin pesawat hampir menghilang. Pada awal tahun 2000-an, barisan kelas ekonomi memiliki jarak kursi satu dengan yang lain sekitar 34-35 inci atau 86 cm.
Namun kini hanya 30-31 inci dan kadang ditemukan hanya 28 inci untuk penerbangan jarak dekat. Ukuran kursi pun menyempit dari 18,5 inci menjadi hanya 17 inci dan semakin buruk karena masing-masing maskapai mulai mengganti pesawat dengan tempat duduk lebih banyak daripada yang direkomendasikan pabrik.
Dirangkum KabarPenumpang.com dari popularmechanics.com (13/2/2020), startup dan peneliti telah membanjiri ruang kursi pesawat, dengan saran yang dapat mengurangi ketidaknyamanan menggunakan teknologi atau “gangguan” dystopian dengan gagasan duduk. Satu kursi yang ringan, tipis, dan dapat dilipat dapat menambah ruang kaki hanya dengan menjadi lebih tipis dan profil lebih rendah daripada kursi yang ada, lebih empuk.
Pada tahun 2018, sebuah perusahaan Italia menyarankan “kursi berdiri” yang seharusnya berfungsi seperti pelana di atas kuda. Dalam materi penjualannya, perusahaan bahkan langsung mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk mendapatkan lebih banyak kursi dan meningkatkan keuntungan dengan “kepadatan sangat tinggi.” Kursi tersebut dinamai Skyrider, mengisyaratkan getaran rollercoasternya. Kursi pelana yang tegak lurus membuat “pemasangan kursi pada jarak yang lebih pendek, dengan tetap mempertahankan kenyamanan yang memadai.”
Baca juga: Untuk Rute Jarak Pendek, Low Cost Carrier Tawarkan Konsep “Standing Seat”
Setiap konsep untuk tempat duduk bekerja melawan tekanan besar-besaran maskapai penerbangan untuk terus mengemas lebih banyak kursi ke dalam pesawat yang sama, sehingga solusi untuk masalah-masalah ini adalah semua Band-Aids, bukan cures. Jesse Thorn, pendiri jaringan podcast Maximum Fun, menjelaskan di Twitter bagaimana kursi bersandar ke ruang kaki yang sudah tidak ada.