Garis tangan tak ada yang pernah tau kemana seseorang akan dibawa. Seperti yang dialami Jae Won Jess Shin. Gadis asal Korea Selatan ini sejak kecil tak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pramugari dan pilot. Penyebab utamanya, apalagi kalau bukan biaya dan skill mumpuni.
Baca juga: Pertama di Dunia, Pramugari Wizz Air Bisa Gantikan Pilot Kemudikan Pesawat
Dilansir Aerotime Aero, Jae Won Jess Shin bukan berasal dari keluarga mampu, yang ketika menginginkan sesuatu, orang tuanya langsung mendukung penuh, baik moral maupun material. Jess Shin bahkan pernah bekerja sebagai au pair di Amerika Serikat, yang bagi sebagian kalangan dianggap sebagai program yang mempekerjakan seseorang dengan balutan program magang lintas negara.
Usai pulang dari program au pair dan membawa pulang sejumlah uang hasil tabungannya di sana, Jess Shin kemudian terngiang-ngiang dengan cerita ibunya. Ketika itu, ibunya bercerita bahwa seusia Jess Shin, ia sangat ingin menjadi pramugari. Dari situlah mimpinya menjadi pramugari dimulai.
Berbekal uang tabungan serta sedikit bantuan dari orang tuanya, ia pun mengambil kursus pramugari dan melamar menjadi pramugari Qatar Airways. Sekalipun berstatus fresh graduate, paras cantik dan bahasa Inggris lancar tentu menjadi modal berharganya. Benar saja, ia berhasil diterima, salah satunya karena kemampuan bahasa asingnya. Terlebih, bahasa ibu Jess Shin -bahasa Korea- bisa dibilang menjadi salah satu bahasa internasional yang banyak dituturkan selain bahasa Inggris.
Selama berkarir sebagai pramugari Qatar Airways, Jess Shin sudah mencicipi nikmatnya terbang di berbagai pesawat, seperti Airbus A320, A330, A340, dan A350 sebagai serta Boeing 777 dan Boeing 787, yang membawanya ke banyak negara di dunia, di hampir seluruh benua, kecuali Antartika.
“Saat-saat ketika saya biasa mendarat di tempat tujuan dan singgah sangat menawan. Tidak peduli di mana saya berada, itu sangat bagus. Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan tinggal di Sudan atau Nigeria atau bahkan Afrika Selatan. Seperti saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan dapat pergi mengunjungi negara-negara semacam itu sebelumnya karena itu cukup jauh dari Korea dan itu bukan tempat yang akrab,” ujarnya.
“Saya sebenarnya memiliki salah satu persinggahan terbaik di Nigeria atau bahkan Sudan. Tapi saya pasti bisa mengatakan saya pernah ke sebagian besar benua,” tambahnya.
“Sangat menarik bertemu orang-orang dari begitu banyak negara, negara-negara yang tidak pernah terpikirkan oleh saya, seperti Aljazair, atau Maroko, atau bahkan negara-negara Timur Tengah. Beberapa teman baik saya adalah orang Mesir, jadi, bagaimana saya tahu bahwa saya akan memiliki sahabat dari Mesir,” ceritanya.
Setelah melanglang buana, garis tangan Jess Shin menuntunnya banting setir menjadi pilot. Pada tahun 2019, tiba-tiba seorang teman mengajaknya untuk mengikuti kursus pilot di Afrika Selatan. Secara kebetulan, ia juga sudah bosan dengan rutinitas yang ada. Di samping itu, profesi pilot juga tak banyak berubah dengan dunia yang dialaminya saat itu.
Baca juga: Hari Ini, 28 Tahun Lalu, Barbara ‘Penata Rambut’ Harmer Resmi Jadi Pilot Wanita Pertama Concorde
Langkah besar kemudian diambil sebelum pandemi Covid-19 mewabah. Ketika itu, ia memutuskan resign sebagai pramugari Qatar Airways dan mengambil pelatihan pilot untuk mengejar lisensi pilot komersial atau Airline Transport Pilot License (ATPL). Setelah melewati beberapa ujian, ia pun mendapat lisensi ATPL, disusul lisensi pilot komersial untuk multi-engine dan instrument rating, serta single engine.
Kendati saat ini ia belum dilirik maskapai, namun, ia tetap yakin suatu saat nanti dirinya akan kembali ke udara, bukan sebagai pramugari melainkan sebagai pilot. Bila boleh memilih, ia akan sangat senang bila terbang dengan pesawat impiannya, Boeing 787 Dreamliner.