Tepat pada 7 Oktober 2021 kemarin, maskapai Air France merayakan hari jadinya yang ke-88 tahun (berdiri pada tahun 1933). Sepanjang sejarah, maskapai nasional Perancis ini pernah mencapai puncak kejayaan pada dekade 70-an saat mengoperasikan pesawat supersonik Concorde. Namun sayang, Concorde pulalah yang membuat masa kejayaan Air France berakhir pada tahun 2000.
Baca juga: Gelukkige Verjaardag dan Joyeux Anniversaire untuk KLM Air France yang Ke-10 dan 187 Tahun
Dilansir Simple Flying, sejarah berdirinya Air France tak lepas dari hasil merger lima maskapai sekaligus; Air Orient, Air Union, Lignes Farman, CIDNA, dan Aéropostale, untuk membentuk satu-satunya maskapai nasional.
Usai merger dan sepakat membentuk maskapai nasional, para stakeholder kemudian mengundang jurnalis seantero Perancis untuk meminta pendapat terkait nama maskapai baru ini. Semua akhirnya sepakat dengan Georges Raffalovitch dari Journal untuk memberikan nama Air France.
Nama sudah dapat, selanjutnya masalah logo. Disebutkan, logo Air France tidak sepenuhnya baru karena didasari logo salah satu maskapai pendiri, Air Orient.
Misi utama didirikannya Air France ialah menjadi maskapai yang efektif dan efisien serta meningkatkan jaringan maskapai menjadi 37.800 km, mencakup Eropa, Afrika Utara, Asia, dan Amerika Selatan.
Agar lebih terstruktur, maskapai menjadikan tiga bandara berbeda menjadi hub; Marignane (Marseilles) untuk rute Mediterania dan Timur, Toulouse untuk Amerika Selatan, dan Bandara Le Bourget, Paris, untuk koneksi ke kota-kota besar Eropa.
Efektivitas dan efisiensi operasi yang dijunjung tinggi manajemen juga mempengaruhi jumlah pesawat, dari semula 259 menjadi 90 unit. Dari jumlah tersebut hanya ada empat varian yang dioperasikan maskapai, Bloch 220, Potez 62, Breguet Wibault 282, dan Dewoitine 338.
Meski terdengar asing, tetapi, di zamannya, pesawat itu tergolong canggih. Salah dari keempat itu, Dewoitine 338, bahkan mampu memangkas waktu tempuh dari Marseille ke Saigon menjadi lima hari berkat kecepatan jelajahnya yang mencapai 250 km per jam.
Dengan begitu, penumpang jadi lebih tertarik memilih Air France dibanding maskapai lain. Sebelumnya, rute tersebut memakan waktu sampai tujuh hari.
Pada tahun 1938, satu per satu misi Air France mulai terwujud. Ketika itu, maskapai berhasil ekspansi rute ke London dan mendapatkan 39 persen royal customer.
Tahun ke tahun Air France terus berekspansi dan menjelang akhir tahun 1930-an mereka berhasil menjadi salah satu maskapai penerbangan terbesar di dunia. Saat itu, Air France sudah terhubung ke-85 destinasi dan melayani lebih dari 100 ribu penumpang per tahun.
Usai Perang Dunia II, era pesawat jet pun dimulai dan Air France tentu saja tak ingin ketinggalan mengoperasikan pesawat jet komersial pertama di dunia, De Havilland Comet 106. Namun, setelah serangkaian kecelakaan, Air France beralih ke jet lainnya, Boeing 707 dan Sud-Aviation SE 210 Caravelle.
Setiap pesawat baru dan canggih lahir, Air France juga tak pernah melewatinya, mulai dari Boeing 747 sampai Airbus A300; termasuk pesawat supersonik Concorde. Air France adalah satu dari dua operator Concorde di dunia bersama British Airways mulai tahun 1976 dan 2003.
Sepanjang tahun tersebut, popularitas Air France meningkat ke puncak tertinggi. Hal itu juga dibarengi dengan jumlah penumpang per tahun dan jangkauan maskapai. Bisa dibilang, tahun-tahun tersebut adalah era kejayaan Air France di kancah global.
Baca juga: Air France Jadi Satu-satunya Maskapai di Dunia yang Operasikan Seluruh Tipe Airbus
Sayangnya, Concorde pulalah yang membawa Air France kembali ke fase semula, menjadi maskapai biasa-biasa saja dan semakin tenggelam oleh maskapai raksasa semisal Qatar Airways, Emirates, dan Etihad, usai kecelakaan fatal yang melibatkan Concorde pada tahun 2000.
Dari situ, maskapai yang juga pernah melayani penerbangan langsung Jakarta-Paris ini seolah terus kalah pamor. Bahkan, Air France menjadi maskapai pertama yang mempensiunkan Airbus A380. Beruntung, Air France berhasil merayu KLM untuk membentuk aliansi terbesar di Eropa sekaligus menyelamatkan bisnis mereka.