Sekitar 16 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 4 Januari 2008, penerbangan Transaven domestik terjadwal reguler dari Caracas ke salah satu pulau di bawah yuridiksi Venezuela di Karibia, jatuh, hilang, dan tidak diserius dicari selama lima tahun lamanaya. Setelah lima tahun, pesawat itu akhirnya dicari dan ditemukan menggunakan peralatan yang lebih canggih.
Baca juga: Vickers VC10, Raja Udara yang Disadur Uni Soviet (Lagi) di Era Perang Dingin
Dikutip dari Simple Flying, maskapai Transven diketahui melayani penerbangan berjadwal reguler antara ibu kota Venezuela, Caracas, ke salah satu pulau kepulauan Los Roques, Venezuela.
Pada hari itu, 4 Januari 2008, pesawat turboprop bermesin ganda Let L-410UVP-E3 buatan Cekoslowakia berusia 21 tahun dengan registrasi YV2081, berangkat dari Bandara Internasional Caracas-Simón Bolívar (CCS) pukul 09:13 waktu setempat untuk terbang sejauh 95 mil menuju Bandara Los Roques di pulau El Gran Roque.
Entah apa yang terjadi, saat pesawat sedang descend ke ketinggian 3.000 kaki dan melakukan landing approach, sekitar 29 kilometer, pilot melapor ke ATC bahwa kedua mesin kehilangan tenaga.
Tak lama, pilot mengungkap rencananya untuk melakukan pendaratan darurat di laut sedeket mungkin dengan El Gran Roque. ATC mendukung hal itu. Sayangnya, itu tak pernah terjadi. Pesawat hilang kontak dan hilang dari radar. Pesawat diduga jatuh di laut.
Setelah pesawat dilaporkan hilang kontak, misi penyelamatan segera dilakukan otoritas untuk menemukan korban selamat, termasuk melalui pesawat Let-410 Transaven lainnya yang terbang di rute yang sama.
Selain beberapa minyak yang mengambang di permukaan air, tidak ada jejak pesawat yang ditemukan. Pencarian pun dihentikan. Tidak ditemukan tanda-tanda atau jejak hilang atau jatuhnya pesawat sampai delapan hari kemudian saat ketika sebuah kapal nelayan menemukan mayat, tujuh mil dari pulau El Gran Roque.
Setelah diotopsi, tim dokter memastikan bahwa jenazah tersebut adalah kopilot Osmel Alfredo Avila Otamendi berusia 37 tahun.
Tiga bulan kemudian, sebuah kapal Angkatan Laut Venezuela mengidentifikasi apa yang diyakini sebagai rongsokan pesawat menggunakan sonar. Pesawat itu diduga berada di kedalaman 980 kaki. Upaya konfirmasi visual pun dilakukan dengan cara menyelam. Ketika puing-puing ditemukan dan diangkat, ternyata itu adalah pesawat lain, bukan Let-410 yang hilang. Sudah begitu, tidak ada tanda-tanda pesawat Let-410 berada. Akhirnya, pencarian pun dihentikan, lagi.
Lima tahun kemudian, pemerintah mendatangkan kapal survei Amerika sepanjang 134 kaki yang disebut “Sea Scout” untuk melanjutkan pencarian. Ternyata itu membuahkan hasil. Pesawat Let L-410 ditemukan berada di kedalaman 3.200 kaki, enam mil di lepas pantai El Gran Roque. Pesawat pun berhasil diangkat. Tidak diungkap penyebab kecelakaan. Yang pasti itu bukan karena cuaca atau bahan bakar yang terkontaminasi.
Baca juga: Pilot Maskapai Taiwan Asal Venezuela Meninggal Setelah Karantina
Sekilas tentang Let-410 Turbolet, pesawat ini diproduksi di pabrik Let dekat desa Kunovice di Republik Ceko. Ini adalah pesawat STOL jarak pendek yang sering digunakan maskapai penerbangan perintis. Sejak diproduksi tahun 1971, lebih dari 1.200 telah dibuat. Sampai saat ini, produksinya masih berlanjut dan terus diminati maskapai di berbagai negara, salah satunya Indonesia.
Pada pertengahan tahun lalu, tiga perusahaan tercatat membeli L410 NG. Mereka adalah Sulut Air sebanyak 10 unit, Wise Air 3 unit, dan Star Wisata Air 5 unit, dan ketiganya adalah maskapai yang bekerja sama dengan pemerintah daerah. Meski tangguh, pesawat ini dianggap merampas peluang pasar pesawat buatan produsen PT DI, N-219, yang notabene tak kalah tangguh.