Pesawat kenegaraan atau kepresidenan biasanya mendarat di bandara militer, bukan bandara komersial yang super sibuk. Tetapi tidak demikian dengan pesawat Air Force One yang membawa Presiden AS ketika itu, George W. Bush, alih-alih mendarat di bandara lain di London, pesawatnya justru mendarat di Bandara London Heathrow, yang notabene bandara tersibuk di Eropa.
Baca juga: Boeing Rugi Rp4 Triliun di Proyek VC-25B Air Force One, Gegara Botol Tequila Kosong?
Sebagai tamu VVIP, tentu saja jalur penerbangan dan pendaratan di bandara tersebut ditutup untuk sementara waktu. Selain untuk memperlancar proses pendaratan dan melakukan serangkaian seremoni, ini dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak terorisme yang mengancam nyawa presiden beserta ibu negara dan rombongan.
Secara keseluruhan, tentu saja pengamanan ketat yang dilakukan otoritas bandara bekerjasama dengan otoritas terkait, bisa dibilang berhasil. Berhasil dalam artian menjamin keamanan dan keselamatan presiden beserta rombongan. Tetapi, tidak berhasil membuat penerbangan sipil di bandara itu lancar.
Dilansir Simple Flying, sedikitnya 40 ribu penumpang terlantar akibat pendaratan Air Force One di Bandara London Heathrow pada 15 Juni 2008. Itu terjadi lantaran penerbangan mereka yang sudah dijadwalkan dibatalkan.
Bila itu ditunda mungkin masih sedikit memberikan harapan, tetapi, ini dibatalkan. Praktis, rencana perjalanan mereka, termasuk rencana perjalanan maskapai, rusak karenanya.
Bisa dibilang, jantung pintu keluar masuk ibu kota Inggris ini terhenti selama total empat hari, dua hari sebelum kunjungan Presiden Bush dan dua hari selama kunjungannya.
Protes keras tentu saja dilancarkan oleh partai oposisi. Pada tanggal 24 Juni 2008, sebanyak 40 anggota paremen mengajukan mosi tidak percara kepada pemerintah terkait kunjungan Presiden Bush yang mendarat di bandara komersial, bukan di bandara militer.
“(DPR) terkejut mengetahui bahwa kedatangan Presiden Bush di Bandara Heathrow memaksa pembatalan lebih dari 60 penerbangan yang mempengaruhi rencana perjalanan lebih dari 40.000 penumpang dan menunda selama lebih dari 30 menit keberangkatan 260 pesawat lainnya; bersimpati dengan British Airways, yang membatalkan 53 penerbangan jarak pendek,” bunyi mosi tersebut.
“(Mosi) mencatat dengan heran bahwa salah satu dari dua runway Bandara ditutup untuk latihan kedatangan presiden dan kembali ditutup untuk kedatangan dan keberangkatan di hari H,” bunyi lanjutan.
Disebutkan, rombongan Presiden AS yang terdiri dari satu pesawat Air Force One, satu pesawat Boeing 747, satu Boeing 767, dan empat helikopter ini, dalam hemat banyak anggota kongres, seharusnya mendarat di bandara militer atau bandara komersial yang tak se-ramai Bandara London Heathrow.
Meski mosi tidak percaya ditandatangani oleh mayoritas anggota kongres, tetapi, tidak ada langkah lanjutan sampai amandemen.
Setelah insiden itu, Air Force One terpantau masih saja mendarat di bandara komersial, sekalipun bukan Bandara Heathrow.
Baca juga: Fantastis! London Punya Enam Bandara Internasional
Juni lalu, Air Force One yang membawa Presiden Joe Biden, terpantau mendarat di Bandara Cornwall Newquay. Bahkan, pesawat VC-25A tersebut sempat terlihat di Bandara London Heathrow selama Biden berada di Inggris.
Sebelumnya, di era Presiden Trump, Air Force One juga masih menggunakan bandara komersial London Stansted saat mengunjungi Ratu Inggris.