Maskapai penerbangan nasional pada umumnya sering membawa nama negara yang mereka wakili. Misalnya, Air India, Air Canada, Air France, Aeromexico, Singapore Airlines, Qatar Airways, dan banyak lagi. Namun, lain halnya dengan Taiwan, flag carrier negara tersebut justru membawa nama Cina, China Airlines.
Baca juga: Beredar Kabar China Airlines Lakoni Rute Domestik Jakarta–Makassar, Ini Penjelasannya!
Bila merunut sejarah, tentu saat pertama kali didirkan oleh mantan perwira Angkatan Udara Republik Tiongkok (nama resmi Taiwan) pada 16 Desember 1959, memilih nama China Airlines bukanlah suatu hal yang aneh. Selain Cina belum menjelma menjadi kekuatan besar, jarangnya ketegangan antar kedua negara dan belum adanya momentum yang membuat kesalahpahaman dunia terkait konotasi China Airlines dengan Cina daratan, juga menjadi alasan Taiwan belum memandang nama maskapai nasional mereka sebagai sebuah masalah.
Akan tetapi, wabah virus Cina pun merubah mindset masyarakat Taiwan. Puncaknya terjadi pada Februari lalu. Berbagai organisasi kemasyarakatan Taiwan mengajukan petisi untuk mengubah nama China Airlines. Tujuannya agar tak terjadi kesalahpahaman, baik ataupun buruk. Petisi tersebut belakangan mendapat respon positif dari Kementerian Transportasi dan Komunikasi (MOTC).
Dikutip dari Simple Flying, Menteri Perhubungan dan Komunikasi Taiwan, Lin Chia-lung, melalui sebuah postingan di media sosial Facebook mengaku, pihaknya terbuka dengan opsi tersebut. Namun, Ia menekankan, bila pun langkah itu harus ditempuh, mungkin prosesnya tak semudah membalikkan telapak tangan.
“Selama Covid-19 di Wuhan, ada banyak desakan dari masyarakat agar China Airlines dapat mengubah namanya. Kami terbuka untuk ini. Namun, perubahan nama maskapai adalah masalah besar, yang melibatkan hak dan rute udara, dan China Airlines adalah perusahaan yang terdaftar. Oleh sebab itu, masyarakat harus benar-benar bersatu untuk mendapatkan konsensus,” ujar Lin Chia-lung, dalam sebuah tulisan.
Di Taiwan sendiri, sebetulnya, bukan hanya masyarakat yang mengharapkan adanya perubahan nama pada maskapai China Airlines. Di kalangan elite politik pun, selama pandemi corona, polemik juga sempat terjadi. Penyebabnya, ambiguitas nama China Airlines yang identik dengan Cina daratan dan pada akhirnya membuat elite tersebut kesal bukan main.
“Ketika China Airlines mengirimkan barang, seluruh dunia berterima kasih kepada Taiwan,” kata Perdana Menteri Su Tseng-chang, beberapa waktu lalu.
“Tetapi, karena China Airlines menuliskan kata ‘China’ di dalam pesawatnya, beberapa negara, orang, dan gambar secara keliru berpikir bahwa Cina telah mengirimi mereka masker. Itu membuat kami kecewa,” tambahnya.
Partai kecil New Power Party, yang berbagi dukungan dengan Partai Progresif Demokratik, yang berkuasa untuk kemerdekaan formal Taiwan, meminta parlemen untuk menghapus atau membuat lebih kecil kata “China” dari badan maskapai dan menambahkan kata “Taiwan”.
“Bahkan demokrasi dan kebebasan Taiwan dapat disalahtafsirkan oleh komunitas internasional sebagai berasal dari China karena kata ‘CHINA,'” kata Su Tseng-chang.
Baca juga: Romantis Berujung Pahit, Pramugari China Eastern Airlines Justru Dipecat Setelah Dilamar di Udara
Su, bagaimanapun, mengisyaratkan bahwa perubahan nama tidak segera terjadi. Sebab, saat ini, fokus China Airlines adalah untuk menempatkan “lebih banyak simbol Taiwan” di pesawatnya.
Andaikan Taiwan bersikukuh untuk mengganti nama China Airlines, sebetulnya, langkah tersebut bukan barang baru di dunia penerbangan. Tercatat, beberapa maskapai pernah merubah nama dengan berbagai latar belakang, seperti Midwest Airlines dari sebelumnya Midwest Express, Air Canada dari sebelumnya Trans-Canada Air Lines, dan United Airlines dari semula Varney Air Lines. Menarik ditunggu, akankah China Airlines berubah menjadi Taiwan Airlines? Bagaimanapun juga, Cina, sebagai pihak yang ‘sedikit’ diuntungkan atas penamaan tersebut, dengan hegemoninya sekarang ini, tentu tidak akan tinggal diam.