Pejabat Cina dan Laos meresmikan kereta cepat yang menghubungkan kedua negara pada hari ini, lima tahun sejak kontruksi pertama dimulai pada Desember 2016. Proyek senilai US$5,9 miliar atau sekitar Rp85 triliun (kurs 14.430) tersebut nantinya akan tersambung melewati Thailand, Malaysia, sampai Singapura, dengan tujuan akhir pelabuhan ekspor-impor Singapura yang sangat sibuk.
Baca juga: Desember 2021, Laos dan Cina Akan Terhubung dengan Jalur Kereta Api
Proyek yang merupakan bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) Cina ini membentang sepanjang 414 kilometer, menghubungkan desa-desa tertinggal Cina di provinsi Yunnan, dengan ibu kota Laos Vientiane, melintasi 167 jembatan dan 75 terowongan. Cina memang sudah menyiapkan Yunnan sebagai garda terdepan hub pertukarang barang dari jalur ini.
Dengan kecepatan rata-rata 160 kilometer, kereta cepat Cina-Laos diharapkan dapat mendongkrak perdagangan dan pariwisata antar kedua negara dan beberapa negara lainnya yang kelak tersambung dengan kereta api cepat Cina.
Sebelumnya, perjalanan darat antara dua wilayah tersebut bisa memakan waktu hingga lima jam. Dengan adaya kereta cepat Cina-Laos ini, itu berkurang menjadi hanya empat jam.
Sepanjang jalur dari Laos menuju ke Cina akan ada sepuluh stasiun, yakni Vientiane, Phonhong, Vangvieng, Kasy, Luang Prabang, Nga, Xay, Namor, Nateuy dan Boten. Tak hanya stasiun untuk penumpang, jalur ini juga punya 22 stasiun untuk bongkar muat barang.
Bagi Beijing, peresmian kereta cepat Cina-Laos ini, membuktikan kepada dunia bahwa proyek besar mereka membangkitkan kembali jalur sutera di bawah Belt and Road Initiative terus dikebut sekalipun mendapat pertentangan dari berbagai negara, utamanya barat.
Sedangkan di sisi Laos, terkurung daratan dan tidak mempunyai laut mau tak mau membuat mereka lebih terbuka agar bisa terhubung dengan negara lain. Muara dari itu, perdagangan dan pariwisata akan meningkat.
Hanya saja, itu (harapan kereta api cepat Cina-Laos mampu mendongkrak ekonomi negara) dipandang semu, andai pemerintah tak komitmen membuat akses dari daerah-daearah produksi dan industri ke jalur kereta cepat Laos-Cina.
Justru sebaliknya, bila pemerintah lamban mengejar ketertinggalan, maka kereta api cepat Laos-Cina hanya akan menjadi jalur transit dan lebih memudahkan Cina membanjiri barang-barang Made in China dengan harga murahnya ke Negeri Seribu Gajah itu.
“Dari sudut pandang Cina, ini memungkinkan Cina untuk melihat benua Asia Tenggara sebagai bagian dari pedalaman, dan mereka akan memiliki kontrol yang lebih baik, mereka akan memiliki akses yang lebih baik karena ada kereta api di sana,” kata Ruth Banomyon, seorang profesor di Thammasat Thailand.
Baca juga: Pemasangan Balok Jalur Kereta Cina-Laos Mulai Memasuki Tahap Akhir
“Perdagangan antara Cina dan Laos bukanlah volume yang besar dan Laos sebagai negara yang terkurung daratan membutuhkan lebih banyak poin untuk terhubung ke dunia luar, sehingga berpotensi ini dapat membantu Laos mengembangkan ekonominya dalam jangka panjang,” kata Li Mingjiang, associate professor S. Rajaratnam School of International Studies, Singapura.
“Petani dan produsen kecil, bagaimanapun, hanya akan menuai keuntungan jika Laos berkomitmen untuk membangun jalan yang mereka perlukan untuk terhubung dengan kereta api baru. Jika tidak, kereta api hanya akan menjadi jalur transit yang melewati mereka,” tambahnya, seperti dikutip dari VOA News.