Apa kabar kereta bandara yang ada di Indonesia? Apakah masih sepi peminat dan terus beroperasi? Ternyata beberapa kereta bandara ada yang mengalami penurunan dan sepi dari buka hingga saat ini.
Baca juga: Kamboja Punya Kereta Bandara yang Unik, Mirip Railbus Batara Kresna di Solo
Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, kereta Bandara Kualanamu yang dikelola PT Railink sempat sepi penumpang. Hal ini dikarenakan mahalnya tiket pesawat. Untungnya kereta Bandara Kualanamu sudah mulai mencapai keterisian 60 persen. Adanya peningkatan ini pun diharapkan datang dari pola diskon yang ditawarkan seperti diskon 50 persen periode Juli hingga Agustus 2019 dalam menyemarakkan Hari Kemerdekaan.
Masalah ini pun sempat dialami oleh kereta Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Penumpang kereta BIM turun 23 persen sejak Januari 2019 atau sekitar 470 penumpang perbulan. Hal tersebut berakibat PT KAI Divre II Sumbar mengalami kerugian yang cukup besar. Padahal dalam sehari BIM berangkat lima kali perjalanan pergi pulang dalam sehari.
Mungkin masalah di dua bandara terkait keretanya dikarenakan mahalnya tiket pesawat yang mana maskapai hampir semua menerapkan tarif batas atasnya. Nah, bagaimana nasib kereta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta)?
Ternyata masih minim penumpang padahal sudah setahun beroperasi, tak hanya itu PT Railink pun sudah banyak memberikan kemajuan pada layanan kereta Bandara Soetta tersebut. Padahal pembelian tiket pembayarannya sudah melalui kartu debit, area stasiun disediakan fasilitas yang memadai.
Ada WiFi gratis, ruang tunggu yang nyaman, toilet yang bersih dan berbagai fasilitas penunjang lainnya seperti mushola dan ruang laktasi. Bahkan kini waktu kedatangan kereta pun tepat dan berangkat sesuai jadwal.
Apalagi bila dibandingkan dengan moda transportasi lain seperti bus Damri, dimana kereta bandara memakan waktu 46 menit berangkat dari Stasiun BNI City hingga tiba di Stasiun Bandara Soetta. Sedangkan Damri memakan waktu 40-60 menit perjalanan.
Alasan sepinya selain perbedaan waktu tempuh dengan Damri atau moda transportasi lain, adalah harga tiket, dimana lebih mahal Rp30 ribu dari Damri. Selain itu penumpang kereta bandara masih harus transit menggunakan kereta layang saat di Bandara Soetta.
Baca juga: NYIA Kulon Progo Beroperasi Pertengahan 2019, Inilah Kesiapan Kereta Bandaranya
Sayangnya dengan fasilitas yang ada tidak sebanding dengan keterisian penumpang selama setahun beroperasi, tingkat okupansinya masih jauh dari ideal. Tak hanya itu hal ini pun membuat banyak kursi kosong dalam kereta bandara.