Dibanding kereta komuter atau KRL Jabodetabek, tarif KA Bandara memang jauh lebih mahal. Dari segi layanan dan kenyamanan, tentu saja keduanya berbeda. Namun, itu bukanlah alasan utama. Lantas, apa yang membuat KA Bandara mahal?
Baca juga: Ternyata Negara Ini Jadi Benchmark KA Bandara di Indonesia
Sebelum meluncurkan KA Bandara Premium dan KA Bandara Eksekutif, dengan tarif terendah Rp5 ribu dan teringgi Rp70 ribu, KA Bandara diketahui mematok tarif cukup tinggi.
Normalnya, PT Railink mematok tarif seharga Rp70 ribu per penumpang untuk KA Bandara Soekarno-Hatta dan Rp100 ribu untuk KA Bandara Kualanamu, dan Rp20 ribu untuk KA Bandara YIA. Ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan tarif KRL Jabodetabek yang mematok taif Rp3 ribu untuk 25 km awal dan Rp1 ribu untuk 10 km berikutnya.
Tarif KRL Jabodetabek lebih terjangkau dibanding KA Bandara tentu tak terlepas dari subsidi pemerintah atau Public Service Obligation (PSO). Penumpang KRL Jabodetabek diketahui mendapat subsidi pemerintah, sedangkan KA Bandara tidak. Selain itu, rel KRL Jabodetabek mayoritas dibangun oleh pemerintah. Adapun rel KA Bandara dibangun oleh operator.
VP Corporate Secretary PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter, Anne Purba, dalam sebuah diskusi yang dihadiri KabarPenumpang.com pernah mengatakan, andai pemerintah tidak mensubsidi penumpang, tarifnya bisa saja menyentuh Rp20-25 ribu per sekali keberangkatan. Meski begitu, tetap saja itu masih lebih terjangkau dibanding tarif KA Bandara.
Di samping subsidi, tarif KA Bandara lebih mahal dibanding KRL Jabodetabek juga karena layanan dan kenyamanannya.
KA Bandara melayani penumpang sesuai seat atau kursi yang tersedia. Selain itu, ada juga berbagai fasilitas lainnya, seperti port USB, toilet, kursi nyaman, dan lain sebagainya. Selain itu, tingkat ketepatan waktu atau on time performance-nya juga lebih tinggi dibanding KRL Jabodetabek.
“Tingkat OTP (on time performance) kami menyentuh angka 99,7 persen,” kata Direktur Utama PT Railink Anggoro Tri Wibowo kepada KabarPenumpang.com.
Akan tetapi, alasan utama kenapa tarif atau tiket KA Bandara mahal adalah karena penumpang yang dilayani mayoritas adalah penumpang pesawat.
Kita tahu, apapun yang berhubungan dengan dirgantara cenderung lebih mahal. F&B, restoran, parkir, dan lainnya di bandara pasti lebih mahal dibanding di luar bandara. Investasi membangun bandara, harga sebuah pesawat, dan ekosistemnya, pasti juga lebih mahal dibanding moda lainnya.
Dari sisi prestisiusitas, moda udara memang terkenal lebih tinggi dibanding moda lainnya. Muara dari itu, ada anggapan bahwa penumpang pesawat mampu membayar tarif kereta yang lebih tinggi. Ini yang pada akhirnya membuat KA Bandara mahal.
Baca juga: Horeee! Awal Tahun 2022 Tarif KA Bandara Soekarno-Hatta Kembali dari Goceng
Dengan berbagai perpaduan di atas, tarif KA Bandara pun dipatok lebih mahal. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan juga di seluruh dunia.
“Kenapa KA Bandara mahal? Sudah jelas kami menjual layanan dan kenyamanan. Dari sisi OTP kami menyentuh angka 99,7 persen. Kemudian penumpang kami juga mayoritas penumpang pesawat dari dan ke bandara. Kalau beli tiket pesawat saja mampu, seharusnya membeli tiket KA Bandara juga,” tutup Anggoro.