Qantas coba meruntuhkan dominasi Singapore Airlines di penerbangan terpanjang dan terlama di dunia dengan merilis penerbangan langsung dari Sydney – New York selama lebih dari 19 jam beberapa waktu lalu. Sayangnya, itu hanya penerbangan uji coba, bukan komersial.
Baca juga: Mengapa Pesawat Tidak Terbang Lurus? Inilah 5 Alasannya
Tetapi, di bawah Project Sunrise, Qantas benar-benar akan merealisasikan penerbangan tersebut secara komersial. Begitu juga dengan penerbangan langsung dari Sydney – London selama lebih dari 23 jam. Ini benar-benar akan direalisasikan, sekalipun pada faktanya, saat ini penerbangan Sydney – London Qantas transit di Singapura terlebih dahulu. Mengapa demikian?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, saat virus Corona merebak dengan cepat di awal tahun 2020, maskapai Air Tahiti Nui berhasil mencetak rekor sebagai penerbangan komersial terjauh.
Ketika itu, maskapai asal Polinesia Perancis tersebut biasanya terbang menuju Bandara Charles de Gaulle di Paris dengan transit terlebih dahulu di Bandara Internasional Los Angeles (LAX), Amerika Serikat.
Namun, karena negara tersebut tengah memberlakukan pembatasan penerbangan akibat maraknya wabah Covid-19, pesawat Boeing 787-9 Dreamliner Air Tahiti Nui terpaksa terbang langsung dari Pape’ete di Tahiti menuju Paris, Perancis.
Namun, siapa sangka, penerbangan yang ‘dipaksakan’ tersebut justru berhasil mendorong terpecahkannya rekor penerbangan komersial terjauh.
Bila sebelumnya rekor tersebut disandang Singapore Airlines pada rute Singapura-Newark dengan jarak tempuh 15.348 km, Air Tahiti Nui berhasil mematahkannya dengan mencatatkan penerbangan sejauh 15.715 km dalam waktu selama 15 jam 45 menit.
Pesawat Boeing 787 Dreamliner yang digunakan saat maskapai tersebut memecahkan rekor penerbangan komersial terjauh, standar pabrikannya hanya mampu terbang sejauh 14.800 km, sedangkan kala itu penerbangan dipaksakan sampai 15.715 km dan itu berhasil lantaran hanya mengangkut total 150 penumpang dari kapasitas maksimal mencapai 290 penumpang.
Kembali ke rute Sydney – London Qantas, sebagaimana dilansir Simple Flying, keduanya diketahui berjarak sekitar 27 ribu kilometer. Tidak ada pesawat komersial manapun di dunia saat ini (dalam kondisi normal) mampu terbang sejauh ini non-stop.
Qantas sendiri memiliki empat jenis pesawat long range, mulai dari Airbus A380-800, A330-300, A330-200, dan Boeing 787-9 Dreamliner. Airbus A380 mampu terbang sejauh 15.200 kilometer dengan muatan normal. Boeing 787-9 Dreamliner memiliki jangkauan 13.621 kilometer dalam kondisi normal. A330-300 bisa terbang 11.200 kilometer dan A330-200 sejauh 13.400 kilometer.
Itu mengapa penerbangan QF1/QF2 Sydney – London Qantas transit terlebih dahulu di Singapura, menjadikan waktu tempuhnya lebih lama.
Baca juga: Kenapa Mayoritas Badan Pesawat Berwarna Putih? Ini Dia Alasan Ilmiahnya!
Tetapi, sebagaimana kasus Air Tahiti, Qantas bisa saja terbang non-stop Sydney – London di bawah Project Sunrise, dengan catatan pesawat harus dalam keadaan hampir kosong, baik di kabin maupun di ruang kargo. Tentu saja ini bukan bisnis yang menguntungkan.
Di masa mendatang, Qantas mungkin bisa melakukan itu dan sedang mempersiapkannya saat ini bersama Airbus A350-1000. Menarik ditunggu, akankah Airbus A350-1000 bisa merealisasikan Project Sunrise Qantas terbang langsung dari Sydney – London – Sydney non-stop?