Sebelum Covid-19 mewabah, 40,3 juta penerbangan dijadwalkan lepas landas di seluruh dunia pada tahun 2020, meskipun pada akhirnya harus turun menjadi sekitar 23,1 juta dan diperkirakan akan tetap rendah di 2021.
Baca juga: Kenapa Mikrofon Pilot Tidak Terdengar Jelas Dibanding Awak Kabin? Ini Dia Jawabannya
Dari jutaan penerbangan tersebut, pasti ada saja beberapa insiden kecil yang sempat membuat penumpang bertanya-tanya. Sebab, tidak ada informasi apapun selama insiden berlangsung. Paling-paling, pilot hanya memohon maaf atas ketidaknyamanan penumpang. That’s it, tidak lebih.
Di beberapa kasus, sikap pilot membatasi informasi ke penumpang justru membuat keadaan kian tak jelas. Awal Januari lalu, misalnya, penumpang Air India mengamuk lantaran pesawat tak kunjung lepas landas. Saat itu, penumpang sudah menunggu di dalam pesawat selama sekitar 1 jam.
Alih-alih berangkat, pesawat justru tetap berdiam diri di apron tanpa informasi apapun. Selama menunggu, penumpang hanya dibiarkan bertanya-tanya dan kebingungan sambil sesekali menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Setelah empat jam tertahan di kabin, seluruh penumpang akhirnya diizinkan turun dan kembali diberangkatkan empat jam kemudian. Itupun setelah seluruh penumpang kompak mengamuk. Bila tidak, mungkin penumpang hanya bisa gigit jarinya dibuatnya.
Berbagai spekulasi pun muncul. Ada yang menyebut bahwa pilot tak berwenang menjelaskan insiden apapun. Demikian juga dengan pramugari. Namun, ada pula yang menyebut bahwa dengan membatasi informasi, penumpang diharapkan menjadi tak khawatir. Padahal, fakta berkata sebaliknya.
Dilansir express.co.uk, terkait hal itu, Patrick Smith, pilot senior yang juga menulis buku Cockpit Confidential pun buka suara. Menurutnya, bukan masalah berwenang atau tidak, pilot pada umumnya memang diperintahkan tak berkata apapun saat terjadi insiden, baik insiden kecil maupun besar, baik saat pesawat masih di darat atau di udara.
“Dari semua staf di garda terdepan, pilot jadi yang paling berpotensi untuk menghilangkan kecemasan dan menjelaskan situasi yang terjadi,” tulis Smith dalam bukunya keluaran tahun 2013.
“Sayangnya, customer service training untuk pilot sangat minim dan salah satunya adalah kecenderungan untuk mengatakan sesedikit mungkin, semacam aturan untuk bisa mengelak. Ini jelas kontraproduktif, dan tidak pernah terdengar dari yang lebih dari itu (tidak pernah berkata banyak),” lanjutnya.
Sebagai pilot, Smith mengaku pernah melakukan itu. Pun demikian, sebagai penumpang pesawat, ia pernah diperlakukan seperti itu. Ia pun mengulang kejadian yang dialaminya di masa lalu. Kala itu, tepat sebelum mendarat, pilot mendadak batal approach dan go around mengelilingi bandara selama beberapa lama. Tidak ada alasan apapun terkait hal ini.
Sebetulnya, ia biasa saja, namun, ketika satu orang mulai merasa takut kemudian orang lain ikut merasa takut dan lambat laun ikut mempengaruhi seisi pesawat, ia pun pada akhirnya juga ikut merasa takut.
Menariknya, ketika penumpang diliputi rasa takut yang semakin mendalam, pilot dengan singkat hanya berkat, “Ah, mohon maaf atas ketidaknyamanannya.” Beberapa menit berselang, pilot kembali menjelaskan, “Pesawat lain memotong jalur kami dan tengah bertengger di runway. Jadi kami harus mengalah. Dalam beberapa menit, pesawat akan mendarat,” Jelasnya.
Baca juga: Mengenal “Go-Around,” Saat Pesawat Tak Jadi Mendarat Karena Beragam Faktor
Meski pilot sudah berbicara agak banyak, namun Smith tetap khawatir. Begitu pula penumpang lainnya. Di posisi inilah, ia berpandangan bahwa pilot mungkin bisa berbicara lebih banyak. Setiap ucapan pilot di posisi ini bisa berperan penting untuk menenangkan penumpang, layaknya sabda seorang nabi untuk para pengikutnya.
Namun demikian, karena ia juga seorang pilot dan ia tahu kondisi yang dialami pilot, ia mengungkap bahwa kuncinya ada di maskapai. Bagaimana perintah maskapai kepada pilot saat sebuah insiden terjadi itulah yang akan dijalankan oleh pilot. Tetapi, umumnya, pilot diminta untuk tak berbicara banyak. Sekalipun berbicara, pilot hanya diminta untuk menjelaskan singkat dengan diksi yang bisa membuat penumpang tenang, bukan sebaliknya.